Fakta Tentang Tugu Pemandengan yang Merupakan Titik Nol kilometer Kota Solo
Fakta Tentang Tugu Pemandengan yang Merupakan Titik Nol kilometer Kota Solo--Net
Langkah ini diambil sebagai upaya untuk memperkuat penanda titik nol kilometer Solo. Selain itu, Tugu Pemandengan berperan sebagai ikon kota yang dapat menarik perhatian wisatawan.
Tugu Pamandengan merupakan salah satu ikon bersejarah yang terletak di pusat Kota Surakarta, tepatnya di depan Balai Kota Solo, di persimpangan Jalan Jenderal Sudirman dan Kali Pepe.
BACA JUGA:Sejarah Tugu Adipura: Simbol Kebanggaan Kota dan Semangat Pelestarian Lingkungan!
Dengan ketinggian sekitar tiga meter, tugu ini berbentuk segi empat yang meruncing ke atas dan dilengkapi dengan empat lentera menghadap ke berbagai arah, mencerminkan gaya arsitektur yang khas pada zamannya.
Asal Usul dan Pembangunan
Beberapa ahli percaya bahwa tugu ini dibangun pada masa pemerintahan raja-raja Keraton Kasunanan Surakarta, dari Pakubuwono VI hingga Pakubuwono X.
Namun, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa pembangunannya terjadi bersamaan dengan perpindahan pusat keraton dari Kartasura ke Surakarta pada masa pemerintahan Pakubuwono II.
BACA JUGA:Menguak Sejarah Tugu Khatulistiwa: Penanda Garis Imajiner yang Mendunia!
Meskipun tidak ada data otentik mengenai tahun pasti keberadaannya, banyak yang meyakini bahwa Tugu Pamandengan didirikan pada masa Pakubuwono IV.
Fungsi dan Makna Filosofis
Tugu Pamandengan bukan sekadar monumen biasa; ia memiliki makna filosofi yang mendalam dalam kosmologi budaya Jawa.
Pada masanya, tugu ini didirikan sebagai titik kosmologi perkotaan dan berfungsi sebagai titik fokus pandangan raja Keraton Kasunanan Surakarta ketika beliau duduk di Sitihinggil.
BACA JUGA:Liku Lematang Rusak, Rawan Lakalantas di Tikungan Tugu Ikan Besemah
Ketika Sinuhun berada di Pagelaran, pandangannya akan tertuju pada Tugu Pamandengan ke arah utara, menjadikannya titik fokus visual dan spiritual yang penting bagi raja.
Di samping itu, tugu ini berfungsi secara strategis sebagai titik pandang raja terhadap pusat pemerintahan Belanda yang pada waktu itu terletak di gedung yang kini menjadi Balai Kota Solo.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
