Lebih dari Sekadar Monumen: Taman Tugu Debus dan Warisan Spiritualitas Pejuang Banten

PAGARALAMPOS.COM - Di tengah derasnya arus modernisasi, keberadaan situs bersejarah menjadi pengingat penting akan akar budaya dan perjuangan masa lalu.

Salah satu tempat yang menyimpan nilai sejarah sekaligus kebudayaan khas Banten adalah Taman Tugu Debus, yang berlokasi di Kota Serang, Provinsi Banten.

Monumen ini bukan sekadar taman biasa, melainkan simbol seni bela diri tradisional Debus yang telah lama melekat sebagai identitas masyarakat Banten.

Sejarah dan Makna Debus

Debus adalah seni bela diri asli Banten yang mulai dikenal sejak abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, penguasa pertama Kesultanan Banten.

Nama “Debus” diambil dari alat berbentuk paku besar yang tajam, digunakan dalam pertunjukan untuk memperlihatkan kekebalan tubuh para pesilat terhadap senjata dan benda berbahaya.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Suku Bajo: Pengembara Laut dari Masa ke Masa!

BACA JUGA:Sejarah Bukit Karst: Jejak Geologi Purba, Warisan Alam, dan Budaya yang Terancam!

Lebih dari sekadar pertunjukan, Debus mengandung aspek spiritual yang kuat, di mana para pelakunya melakukan zikir dan doa sebagai sumber kekuatan batin. Seni ini tidak hanya dijadikan hiburan, tapi juga sebagai semangat perjuangan melawan penjajahan.

Dalam sejarahnya, Debus memegang peranan penting dalam perlawanan rakyat Banten terhadap penjajah Belanda, yang mengandalkan keberanian fisik sekaligus keyakinan spiritual.

Pendirian dan Fungsi Tugu Debus

Sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan budaya ini, Pemerintah Provinsi Banten mendirikan Taman Tugu Debus sebagai monumen penghargaan atas seni bela diri dan perannya dalam sejarah lokal.

Monumen ini berdiri megah di pusat pemerintahan Banten, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat dan wisatawan.

BACA JUGA:Sejarah Suku Zulu: Perjalanan Sebuah Bangsa Pejuang dari Afrika Selatan!

Sumber: