Pemkot PGA

Dari Bastille ke Republik Saat Rakyat Prancis Menggulingkan Kekuasaan

Dari Bastille ke Republik Saat Rakyat Prancis Menggulingkan Kekuasaan

--

PAGARALAMPOS.COM - Angin perubahan bertiup kencang di Prancis akhir abad ke-18, ketika rakyat jelata mulai lelah dengan ketidakadilan dan tirani

Ketimpangan sosial, pajak yang mencekik, dan kelaparan menjadi bara dalam dada mereka yang hidup di bawah bayang-bayang istana Versailles. 

Raja Louis XVI dan Marie Antoinette, simbol kemewahan yang menyakitkan, tidak menyadari betapa dekatnya badai yang akan mengguncang tahta mereka. 

Ketika rakyat bangkit, sejarah pun mengukir bab baru yang mengguncang Eropa dan dunia.

BACA JUGA:Gereja Terkoyak Reformasi Luther dan Perpecahan Terbesar dalam Sejarah Kristen

Guillotine menjadi simbol paling kelam sekaligus paling ikonik dari Revolusi Prancis, alat yang dianggap membawa keadilan setara bagi semua golongan. 

Di alun-alun kota, rakyat berkumpul bukan hanya untuk menyaksikan jatuhnya kepala bangsawan, tetapi juga untuk merayakan rasa memiliki atas kekuasaan. 

Robespierre dan para Jacobin menjadikan guillotine sebagai senjata ideologis, menjagal siapa pun yang dianggap musuh republik. 

Ironisnya, alat ini pun akhirnya memenggal kepala para pencetusnya sendiri, ketika revolusi menelan anak-anaknya.

BACA JUGA:Renaissance Lonceng Kebangkitan Eropa yang Mengubah Sejarah Dunia

Namun Revolusi Prancis bukan hanya tentang darah dan kematian; ia adalah panggilan bagi lahirnya republik dan runtuhnya sistem feodal. 

Rakyat menuntut lebih dari sekadar roti mereka menginginkan suara, kebebasan, dan kesetaraan yang selama ini dirampas. 

Dari kobaran itu lahir deklarasi hak asasi manusia dan warga negara yang mengilhami dunia hingga hari ini. 

Republik menjadi harapan baru, meski jalannya penuh luka dan pengkhianatan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait