Mengenal 'Nyande', Gadai Ala Suku Besemah Saat Terdesak Kebutuhan
gunung dempo-pidi-pagaralampos.com
PAGARALAMPOS.COM - Kebutuhan yang mendesak membuat seseorang harus berpikir keras untuk mencari cara untuk memenuhinya.
Salahsatu cara yang dipilih adalah dengan menggadaikan barang yang dimilikinya. Di Besemah, itu dinamakan dengan nyande.
IRFAN Pandita SE nampak sibuk. Di hari saat bulan puasa itu, nasabah datang silih berganti datang ke kantornya; PT Pegadaian (Persero) Unit Pagaralam.
Selaku pengelola, Ipan-demikian sapaan Irfan Pandita-mesti melayani para nasabah itu.
BACA JUGA:SEDAP! Kuliner 'Nasi Samin' Khas Suku Besemah, Miliki Citarasa Timur Tengah Olahan Bapak-Bapak
“Kalau hari biasa ada 100 orang yang gadai, maka di bulan puasa ini bertambah menjadi 150 orang,”ucap Ipan, ketika dijumpai Pagaralam Pos ketika itu.
Menurut Irfan, kenaikan itu biarpun tipis, disebabkan karena faktor kebutuhan. Ipan sapaan akrabnya berujar, di awal bulan puasa ini kebutuhan hidup cenderung meningkat.
Hal ini tentunya membutuhkan biaya. Jika tak memilik uang, gadai barang akan menjadi solusi terbaik.
Gadai memang berkaitan erat dengan kebutuhan hidup. Ketika ada kebutuhan mendesak tapi uang tidak ada, masyarakat tak punya lain untuk menggadaikan pelbagai hal.
BACA JUGA:WOW! Ternyata Nama Suku Besemah Berasal Dari Sini, Apa Hubungannya ya?
Di Besemah, gadai ini disebut dengan 'nyande'.
“Gadai dan nyande itu sebenarnya maknanya sama saja. Yakni, cara untuk meminjam uang dengan jaminan tertentu,”ucap Anggota Lembaga Adat Besemah Pagaralam, Satarrudin Tjik Olah, dalam sebuah wawancara dengan Pagaralam Pos beberapa tahun lalu.
Satar mengatakan, nyande dilakukan karena adanya alasan yang kuat. Yakni karena faktor kebutuhan yang mendesak. Namun kata dia, untuk memenuhi kebutuhan itu terbentur dengan biaya.
“Karena ada kebutuhan yang dek tau urung harus dipenuhi. Sementara uang kurang atau sama sekali tidak ada. Dicarilah caranya dengan nyande,”ucap Satar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: