Pertempuran Dahsyat! Mataram Gempur Pasuruan dan Rebut Kemenangan Bersejarah
Pertempuran Dahsyat! Mataram Gempur Pasuruan dan Rebut Kemenangan Bersejarah-Foto: net -
BACA JUGA:Sejarah Gunung Mega: Jejak Alam dan Nilai Sakral di Tanah Papua Barat!
Ia nyaris menerobos pagar larangan tersebut, namun dicegah oleh Panembahan Puruboyo yang menyadari bahwa Joyosuponto tengah menjalankan titah raja.
Pada malam Jumat yang telah ditentukan, pasukan Mataram mengepung istana Pasuruan.
Tumenggung Kapulungan sebenarnya telah mengumpulkan pasukannya untuk bertahan, tetapi rasa takut dan trauma kekalahan sebelumnya membuat tekadnya goyah. Ia memilih kabur ke arah Surabaya, meninggalkan pasukan dan bahkan istrinya.
Dalam pelariannya, Kapulungan terjatuh dari kudanya. Bekal makanan berserakan, dan alat pribadinya untuk menggunakan candu ikut hilang.
Ia panik, kehilangan arah, dan dalam keterpencilan itu ia meratapi nasib buruknya: tanpa kuda, tanpa makanan, dan tanpa pendamping.
BACA JUGA:Sejarah Gunung Kembar: Antara Legenda, Keindahan, dan Jejak Alam!
BACA JUGA:Menyikapi Sejarah Gunung Sunan Ibu: Jejak Spiritual dan Alam di Halmahera Barat!
Keesokan harinya, Pasuruan jatuh ke tangan pasukan Mataram. Para perempuan dan harta benda yang tersisa dibawa ke Mataram sebagai bagian dari rampasan perang. Sultan Agung, yang menerima laporan soal tindakan Adipati Manduro yang hampir menerobos pagar larangan, memilih untuk tidak memperpanjang masalah karena tengah bergembira atas keberhasilan penaklukan tersebut.
Namun ketegangan di kalangan para bangsawan Mataram terus berlanjut. Sultan Agung curiga ketika mendengar kabar bahwa Adipati Pajang menjalin hubungan keluarga dengan Adipati Tuban, yang dianggap sebagai potensi persekongkolan.
Joyosuponto kembali melaporkan dugaan tindakan makar, termasuk adanya surat dari Adipati Manduro kepada Adipati Pajang yang berisi ajakan untuk memberontak pada waktu yang tepat.
BACA JUGA:Memahami Sejarah Gunung Malabar: Jejak Alam dan Warisan Kolonial di Tanah Priangan!
BACA JUGA:Sejarah Gunung Papandayan: Jejak Vulkanik dan Warisan Alam Garut!
Isi surat tersebut menyiratkan rencana pengkhianatan: jika terjadi perang melawan Raja Mataram, Manduro akan berada di barisan belakang sebagai pendukung. Intrik politik ini menjadi catatan tersendiri dalam sejarah pasca-penaklukan Pasuruan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
