Jembatan Merah, Saksi Bisu Pertempuran Dahsyat yang Mengubah Sejarah Surabaya
--
PAGARALAMPOS.COM - Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, tidak hanya dikenal sebagai pusat ekonomi dan industri, tetapi juga sebagai Kota Pahlawan yang menyimpan banyak kisah heroik.
Salah satu ikon yang paling erat melekat dengan sejarah perjuangan di Surabaya adalah Jembatan Merah.
Lebih dari sekadar sarana penghubung, Jembatan Merah adalah saksi bisu pertempuran sengit yang menjadi bagian penting dari perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.
Jembatan Merah dibangun pada abad ke 18, pada masa penjajahan Belanda.
BACA JUGA:Saat Bung Karno Mengguncang Dunia, Konferensi Asia Afrika yang Mengubah Sejarah
Jembatan ini menghubungkan kawasan bisnis utama di Surabaya dengan pelabuhan Kalimas, yang saat itu menjadi jalur vital bagi perdagangan.
Dinamakan Merah karena konon pada awal pembangunannya, jembatan ini dicat berwarna merah menyala, sebuah warna yang kemudian seolah menjadi simbol keberanian dan perlawanan.
Di sekeliling Jembatan Merah, berdiri gedung-gedung kolonial megah yang dahulu merupakan kantor-kantor perusahaan Belanda.
Kawasan ini dikenal sebagai pusat aktivitas ekonomi dan politik, sehingga menjadi titik strategis yang diperebutkan dalam masa-masa penuh gejolak.
BACA JUGA:Rahasia Tersembunyi di Babad Tanah Jawa, Menyelami Hikayat Nusantara yang Menggetarkan
Peristiwa paling terkenal yang menjadikan Jembatan Merah abadi dalam catatan sejarah adalah Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
Ketika berita tentang kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 menyebar ke seluruh penjuru negeri, rakyat Surabaya segera bergerak mempertahankan kota mereka dari upaya Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia, dibantu oleh pasukan Sekutu.
Salah satu momen yang paling dikenang terjadi di sekitar Jembatan Merah, ketika Brigadir Jenderal Mallaby, komandan pasukan Inggris di Surabaya, tewas dalam sebuah insiden yang hingga kini masih diperdebatkan kebenarannya.
Kematian Mallaby memicu kemarahan besar dari pihak Inggris, yang kemudian mengultimatum rakyat Surabaya untuk menyerah.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
