Inilah Tradisi Perkawinan Sedarah Suku Polahi Yang Bikin Pangling, Begini Sejarahnya!
Bisa Bikin Orang Tercengang, Inilah Sejarah Tradisi Perkawinan Sedarah Suku Polahi, Simak Ulasannya Disini!--
Seperti antara ibu dan anak laki-laki, bapak dan anak perempuan, atau saudara laki-laki dan saudara perempuan.
BACA JUGA:Polres Pagar Alam Gaungkan Polri Lestarikan Negeri, Ajak Penghijauan Sejak Dini
Sistem ini telah berlangsung sejak zaman kolonial Belanda dan masih dipraktikkan hingga saat ini, meskipun dianggap tidak biasa atau bahkan aneh oleh budaya umum.
Pernikahan sedarah ini sebenarnya bukan berdasarkan kebiasaan adat, tetapi lebih karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan mereka tentang pergaulan di luar kelompok mereka sendiri.
Para anggota suku Polahi memiliki keterbatasan pengetahuan genetika, sehingga mereka melakukan perkawinan sedarah di antara mereka tanpa menyadari risiko genetik yang dapat mempengaruhi kesehatan keturunan mereka.
Dalam ilmu kesehatan dan penelitian, perkawinan sedarah dapat meningkatkan risiko kelainan genetik atau cacat pada keturunan.
BACA JUGA:Momen 17 Agustus, Polres Pagar Alam Wujudkan Sikon Yang Merdeka dari Gangguan Kamtibmas
Anak-anak yang lahir dari perkawinan sedarah cenderung memiliki keragaman genetik yang sangat minim, yang dapat meningkatkan kemungkinan penyakit genetik langka atau cacat.
Namun, dalam kasus suku Polahi, terdapat keunikan yang mengejutkan. Meskipun mereka melakukan perkawinan sedarah, tidak ada kasus keturunan yang mengalami cacat.
Semua anggota suku Polahi terlihat normal secara genetik.
Hal ini menjadi fenomena yang menarik karena berbeda dengan apa yang terjadi pada perkawinan sedarah di negara-negara lain di mana kelainan genetik jauh lebih tinggi.
BACA JUGA:AKBP Erwin Irawan Terima Penghargaan Atas Dharma Bhaktinya Memajukan Pramuka
Fenomena ini menunjukkan adanya faktor-faktor yang belum sepenuhnya dipahami mengenai keunikan genetik suku Polahi.
Karena itu, cerita singkat tentang suku Polahi ini tidak hanya menambah pengetahuan kita tentang keragaman suku bangsa di Indonesia.
Tetapi juga melarang kita pentingnya pemahaman genetik dan pengetahuan dalam mempertimbangkan praktik pernikahan dalam masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: