Benteng Terkuat Islam di Barat Nusantara Inilah Kejayaan Kesultanan Aceh

BACA JUGA:Sejarah Candi Sari: Vihara Buddha dari Abad ke-8 yang Menjadi Jejak Peradaban Mataram Kuno!

Dalam narasi sejarah, Iskandar Muda adalah mahkota dari perlawanan Islam Nusantara.

Di bawah pemerintahannya (1607–1636), Aceh menjadi poros kekuasaan yang disegani dari Teluk Benggala hingga Laut Andaman. 

Ia menaklukkan Pahang, menyerang Kedah, bahkan nyaris menguasai seluruh Semenanjung Malaya. Di istananya, para ulama, pujangga, dan cendekiawan dari Persia, Arab, India, dan bahkan Turki berkumpul. 

Aceh menjadi taman ilmu dan medan perang dalam satu napas.

BACA JUGA:Menguak Sejarah Tugu Khatulistiwa: Penanda Garis Imajiner yang Mendunia!

Bayangkan, di saat Eropa sibuk membangun benteng di koloni-koloni baru mereka, Aceh sudah memiliki sistem pemerintahan yang kompleks, pasukan yang disiplin, armada laut yang tangguh, dan jaringan diplomatik hingga ke Turki Utsmani. 

Bahkan disebutkan, Kesultanan Utsmani pernah mengirim meriam dan teknisi militer ke Aceh sebagai bentuk solidaritas sesama Muslim. Hubungan ini membuktikan satu hal Aceh bukan kerajaan kecil di pinggir dunia, tapi simpul penting dalam geopolitik Islam global.

Namun, sejarah tidak pernah berjalan datar Setelah wafatnya Iskandar Muda, Aceh perlahan surut. Intrik internal, melemahnya kontrol pusat, dan manuver kolonial Eropa akhirnya mencabut taring kesultanan ini. 

Tapi bahkan ketika Belanda mulai mencengkeram bumi Nusantara, Aceh tetap menjadi wilayah yang paling sulit ditaklukkan. 

BACA JUGA:Dulu Pusat Dunia Inilah Kejayaan Kesultanan Malaka yang Dilupakan Sejarah

Perang Aceh (1873–1904) adalah luka panjang bagi Belanda dan kebanggaan abadi bagi bangsa Indonesia. 

Rakyat Aceh tak hanya mengangkat senjata, tapi juga keyakinan. Perlawanan mereka bukan soal tanah, tapi tentang iman.

Kini, saat kita berbicara tentang Islam di Nusantara, terlalu sering kita lupa bahwa dulu ada satu negeri yang menjadi bentengnya. 

Aceh bukan hanya "Serambi Mekah" karena banyak pesantren dan ulama besar lahir di sana. 

Sumber: