PSSI Didesak Legenda Timnas Indonesia untuk Pecat Shin Tae-yong, Ada Apa?

PAGARALAMPOS.COM - Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, sedang berada di tengah sorotan, tetapi kali ini bukan karena pencapaiannya yang mengesankan.

Sebaliknya, dia mendapat desakan dari seorang legenda Timnas Indonesia, Anjas Asmara, untuk segera dipecat oleh PSSI.

Desakan ini tidak hanya berdasarkan performa tim, tetapi juga pada pendekatan permainan yang dianggap terlalu defensif.

Meskipun PSSI sebelumnya telah menunjukkan kepercayaan pada Shin Tae-yong dengan perpanjangan kontrak hingga tahun 2027, namun desakan dari Anjas Asmara memicu pertanyaan tentang arah permainan Timnas Indonesia di masa depan.

BACA JUGA:Sekejap Palingan Muka, Air Kawah Gunung Dempo Sumsel Berubah Warna, Penyebabnya Ini

Menurut Anjas Asmara, Timnas Indonesia harus mengadopsi pendekatan yang lebih menyerang, dan ia bahkan mengusulkan nama-nama pelatih kelas dunia seperti Pep Guardiola untuk mengambil alih.

Pendapat Anjas Asmara mencerminkan pandangan bahwa meskipun Shin Tae-yong telah membawa sejumlah keberhasilan bagi Timnas Indonesia, termasuk mengembangkan bakat pemain muda yang menjanjikan, namun pendekatan permainannya dianggap kurang sesuai dengan standar internasional.

Bagi Anjas Asmara, permainan bola haruslah lebih dari sekadar kekuatan fisik, tetapi juga membutuhkan kecerdasan taktis yang cemerlang.

Tentu saja, desakan ini memunculkan diskusi luas di kalangan penggemar sepak bola Indonesia.

BACA JUGA:Harga Tak Kunjung Turun, KSP Panggil Importir Bawang Putih

Sebagian setuju dengan pendapat Anjas Asmara, sementara yang lain masih mempertahankan dukungan pada Shin Tae-yong, mengutip pencapaian positif yang telah dicapai oleh tim di bawah kepemimpinannya.

Namun, satu hal yang pasti, desakan ini menyoroti pentingnya evaluasi terus-menerus terhadap kinerja pelatih dan filosofi permainan sebuah tim nasional.

3 Pemain Emas Indra Sjafri Justru Jadi ‘Ampas’ STY

Di sisi lain, cerita yang tidak kalah menarik adalah nasib tiga pemain muda berbakat yang sebelumnya dipandang sebagai aset berharga di bawah asuhan Indra Sjafri, tetapi kemudian diabaikan oleh Shin Tae-yong.

Sumber: