Apa Dampak Kebijakan Tanpa Pajak Dyah Balitung bagi Rakyat Mataram? Inilah Faktanya!

Apa Dampak Kebijakan Tanpa Pajak Dyah Balitung bagi Rakyat Mataram? Inilah Faktanya!

Kebijakan Tanpa Pajak Dyah Balitung-Kolase by Pagaralampos.com-net

PAGARALAMPOS.COMDyah Balitung adalah salah satu raja yang membawa Kerajaan Mataram Kuno ke puncak kejayaan dengan berbagai terobosan inovatif dalam bidang politik dan pembangunan. 

Dengan gelar lengkap Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung, ia dikenal mampu menghadapi tantangan internal dan eksternal kerajaan dengan bijak. 

Tak hanya itu, ia juga berhasil mempersatukan kembali kerajaan-kerajaan bawahannya yang hampir terpecah akibat konflik antara kaum bangsawan. 

Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Mataram Kuno tumbuh menjadi kerajaan yang disegani di Nusantara.

BACA JUGA:Mengungkap Sejarah PALI: 4 Tempat Wisata Bersejarah yang Wajib Dikunjungi

Dyah Balitung dikenal juga dengan gelar Sri Iswarakesawotsawatungga atau Sri Iswarakesawasamarattungga, menggambarkan dirinya sebagai sosok pemimpin ekspansionis dengan ambisi untuk memperluas wilayah kekuasaan. 

Berkat sifat ekspansionisnya itu, Dyah Balitung mampu memperluas wilayah Kerajaan Medang hingga ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. 

Kisah mengenai keberhasilan ini terekam dalam berbagai catatan sejarah, termasuk dalam buku berjudul "13 Raja Paling Berpengaruh Sepanjang sejarah Kerajaan di Tanah Jawa."

Selain ambisi teritorial, Dyah Balitung juga dikenal sebagai raja yang memiliki komitmen kuat terhadap kesejahteraan rakyatnya. 

BACA JUGA:Misteri Batu Megalitikum Lahat: Karya Manusia Prasejarah atau Kutukan Si Pahit Lidah!?

Ia mengutamakan stabilitas ekonomi dan keamanan bagi masyarakatnya, serta berupaya menciptakan kemakmuran di seluruh wilayah kerajaannya.

Salah satu kebijakan yang paling menonjol dari Dyah Balitung adalah pemindahan ibu kota dari Mamrati ke Poh Pitu, atau yang dikenal dengan nama Yamapura. 

Langkah ini diambil karena istana di Mamrati mengalami kerusakan akibat peperangan yang melibatkan Dyah Lokapala atau Rakai Kayuwangi dan Dyah Saladu atau Rakai Gurungwangi.

BACA JUGA:Sejarah Pura Giri Arjuno: Warisan Budaya Hindu Dharma di Lereng Gunung Arjuno

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: