Apa Penyebab Munculnya Konflik Anti Tionghoa Dalam Sejarah Indonesia? Begini Kisahnya!

Apa Penyebab Munculnya Konflik Anti Tionghoa Dalam Sejarah Indonesia? Begini Kisahnya!

Munculnya Konflik Anti Tionghoa Dalam Sejarah Indonesia-Kolase by Pagaralampos.com-net

PAGAR ALAM, PAGARALAMPOS.COM - Kedekatan antara etnis Tionghoa dan Belanda pada masa itu menimbulkan ketegangan yang berujung pada permusuhan dengan pasukan Pangeran Diponegoro

Pada 17 September 1825, sebuah serangan terhadap komunitas Tionghoa terjadi di Ngawi, yang merupakan bagian dari gerakan anti-Tionghoa yang berkembang selama Perang Jawa. 

Dalam hal ini, Pangeran Diponegoro menunjukkan sikap yang sangat keras terhadap orang Tionghoa. 

Perlakuan yang diberikan kepada mereka, terutama terhadap tawanan Tionghoa, jauh berbeda dibandingkan dengan perlakuan terhadap orang Jawa.

BACA JUGA:Mengungkap Sejarah PALI: 4 Tempat Wisata Bersejarah yang Wajib Dikunjungi

Kecurigaan yang mendalam terhadap orang Tionghoa semakin memperburuk hubungan antara Pangeran Diponegoro dan kelompok ini.

Sikap Pangeran Diponegoro terhadap etnis Tionghoa dikutip dari buku "Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro 1785 - 1825" karya Peter Carey, yang menyebutkan bahwa Pangeran Diponegoro melarang para panglima dan komandan tempurnya untuk menjalin hubungan politik dengan orang Tionghoa. 

Larangan ini dianggap sebagai tindak lanjut dari nasihat Sultan Mangkubumi, leluhur Pangeran Diponegoro, yang menegaskan agar orang Tionghoa tidak terlalu dekat dengan keraton Yogyakarta. 

Seruan tersebut semakin kuat setelah pengangkatan Tan Jin Sing sebagai bupati keraton, yang semakin memperburuk ketegangan antara Pangeran Diponegoro dan komunitas Tionghoa.

BACA JUGA:Misteri Batu Megalitikum Lahat: Karya Manusia Prasejarah atau Kutukan Si Pahit Lidah!?

Pada masa itu, kedekatan antara etnis Tionghoa dan penguasa Belanda memang menjadi salah satu alasan mengapa mereka dimusuhi oleh Pangeran Diponegoro dan pasukannya. 

Belanda sering memanfaatkan peran orang Tionghoa sebagai mediator, pedagang, atau pekerja administratif yang bekerja untuk kepentingan kolonial mereka. 

Hal ini membuat banyak orang Jawa menganggap orang Tionghoa sebagai sekutu Belanda, yang pada gilirannya menumbuhkan kebencian dan ketidakpercayaan terhadap mereka. 

Kecurigaan terhadap etnis Tionghoa semakin besar, terutama ketika pasukan Pangeran Diponegoro mengepung dan menyerang Yogyakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: