Adat Istiadat. Tradisi Bakar Batu Suku Dani Papua dan Nilai di Dalamnya
Adat Istiadat. Tradisi Bakar Batu Suku Dani Papua dan Nilai di Dalamnya--Net
Masyarakat meyakini jika sekali panah babinya langsung mati, maka ritual akan berjalan sukses. Sebaliknya, jika babi tidak langsung mati, dipercaya akan terjadi hal yang kurang baik saat ritual.
BACA JUGA: Kurangi Laju Inflasi dan Kemiskinan Ekstrem Pagar Alam
2. Tahapan Membakar Babi
Tahap yang kedua ialah membakar babi. Sebelum dibakar, babi akan dibelah dan dikeluarkan isi perutnya serta bagian-bagian lain yang tidak dimakan.
Setelahnya, babi diletakkan di atas alang-alang yang telah dipersiapkan dan ditutup menggunakan dedaunan dan batu panas. Pada lapisan atas, diletakkan rerumputan tebal serta ubi jalar.
Sayur-sayuran diletakkan di atasnya, seperti daun hipere, iprika, daun singkong, labu parang, daun pepaya, dan lain sebagainya. Masakan tersebut juga ditambah potongan buah-buahan.
BACA JUGA:Hindari 7 Makanan dan Minuman ini Saat Kamu Sedang Flu
Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembakaran hingga marang sekitar 60 sampai 90 menit.
Rumput akan dibuka dan makanan akan dikeluarkan satu per satu, lalu dihamparkan di atas rerumputan.
Sejarah Tradisi Bakar Batu
Selain unik, Tradisi Bakar Batu ternyata telah ada sejak ratusan tahun lalu.
BACA JUGA:Tradisi Unik Budaya dan Tradisi dari Masyarakat Maluku yang Masih Kental!
Melansir dari buku 70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia tulisan Fitri Haryani Nasution, sejarah dari ritual ini bermula ketika ada pasangan suami istri yang bingung mengolah hasil kebun mereka.
Sebab, panci yang digunakan untuk memasak tidak ada.
Akhirnya, mereka mendapat ide untuk memasak menggunakan batu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: