Kadewaguruan, Universitas Ala Rakyat Jawa Kuno Zaman Dahulu

Kadewaguruan, Universitas Ala Rakyat Jawa Kuno Zaman Dahulu

Kadewaguruan, Universitas Ala Rakyat Jawa Kuno Zaman Dahulu -Foto: net-

Selain itu, seorang Gajah Mada, yang tidak jelas asal-usulnya dan kemungkinan besar bukan dari kalangan istana, mampu menjadi orang paling berpengaruh di kerajaan Majapahit pada masa itu.

BACA JUGA:Dibikin Asyik Aja! Ini 5 Tradisi Suku yang Sangat Aneh di Indonesia, Ada Ritual Malam Pertamanya

Menurut arkeolog Agus Aris Munandar, kemampuan Gajah Mada disepuh dalam pendidikan kadewaguruan di lereng Gunung Penanggungan.

Bisa jadi, di kadewaguruan yang menolong Airlangga dan juga menempa Gajah Mada, tidak hanya ilmu agama yang diajarkan di sana, tetapi juga ilmu kemasyarakatan dan tata negara, bahkan keperwiraan.

Mungkin juga guru-guru dari kadewaguruan yang diawasi kerajaan inilah yang dipanggil ke istana untuk mengajar.

Selepas era Airlangga di Jawa Timur, berbagai wangsa silih berganti menyelenggarakan kekuasaan melalui perang, pengkhianatan, perebutan, dan berbagai intrik politik.

BACA JUGA:Tradisi Ritual Aneh 5 Suku Indonesia Ini Benar - benar Nyata Lho! Ini Dia Tradisinya

Namun kadewaguruan tetap lestari, bahkan tumbuh subur dan memberi denyut spiritual pada masyarakat arus bawah.

Di masa akhir Majapahit yang diwarnai pergolakan, para penulis di kadewaguruan bahkan mampu menghasilkan karya sastra yang begitu rinci.

Misalnya Pararaton yang bersetting pada era Singosari, ataupun Lontar Calon Arang yang bersetting pada masa Airlangga.

Maka terbukti, kadewaguruan menjadi jaring pengaman terkuat bagi peradaban Jawa Klasik.

Tak heran bila setelah keruntuhan Majapahit pun, sisa-sisa wilayahnya di Jawa Timur masih mampu memberi perlawanan saat dianeksasi Demak mulai tahun 1528 hingga 1543 M.

BACA JUGA:Kok Bisa 3 Ton Logam Mulia Disini? Ternyata Penelitian Gunung Padang Temukan Berbagai Hal Aneh

Hingga pada tahun 1543 M, Gunung Penanggungan, sang kiblat kadewaguruan, berhasil diduduki pasukan Demak.

Para cerdik pandainya pun mengungsi ke Blambangan dan Bali, sehingga kontras dengan situasi di Jawa pada masa itu, Bali memasuki masa keemasan dalam seni dan budaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: