Budaya Menjaga Batasan 'Singkuh-Sundi', Cara Suku Besemah Menghindari Perzinahan
Menjaga Singkuh-Sundi Batasan-batasan Supaya tak Kebablasan-pidi-pagaralampos.com
PAGARALAMPOS.COM - Adat besemah mencakup ke pelbagai aspek kehidupan. Pergaulan antar manusia pun turut diatur sedemikian rupa. Sejumlah batasan-batasan diterapkan dalam pergaulan dengan tujuan supaya tak kebablasan.
MADY LANI begitu resah. Dalam pandangannya, anak-anak muda di Pagaralam sekarang sudah tak memakai lagi singkuh-singkuh dalam bertingkah laku. Ia mencontohkan, singkuh sundi ketika seorang bujang bertamu ke rumah gadisan.
Sebelum masuk ke rumah, ujarnya, lelaki itu mesti dapat izin dari orangtua si gadis. “Ini saya lihat, singkuh sundinya tak ada lagi,”ketika dijumpai Pagaralam Pos.
Padahal, menurut lelaki yang bernama asli Asmadi ini, singkuh sundi mesti dipegang teguh. Ini supaya ketika bergaul dengan orangtua, ataupun dengan orang sepandan dengan dirinya, anak-anak muda tak dianggap tidak sopan.
BACA JUGA:5 Suku Asli Yang Ada di Provinsi Sumatera Selatan, Nomor 1 Merupakan Keturunan Majapahit
“Ada lagi satu contoh singkuh sundi yakni posisi saudara lelaki dan perempuan ketika berjalan. Ini sudah jarang terlihat,” lanjut Mady.
Keresahan itu lalu ditumpahkan Mady dalam sebuah tulisan pendek di atas kertas. Isinya tentang singkuh sundi.
Siang kemarin, di balaikota, Mady yang menjadi narasumber akan memaparkan tema ini di hadapan peserta seminar budaya yang digagas Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa (IKPM) Komisariat Besemah Pagaralam Yogyakarta.
“Saya akan sampaikan semuanya,”katanya. “Detail,”tambahnya.
BACA JUGA:Guritan! Seni Tradisional Suku Besemah, Menggunakan Bahasa Lokal Yang Masih Terjaga
Mady mengaku butuh waktu lama untuk mengartikan singkuh sundi ini. Dengan perenungan dan kajian mendalam, Mady akhirnya bisa mengartikan singkuh sundi secara singkat dan padat
Menurut Mady, singkuh merupakan batasan-batasan, kebebasan bergerak, berbicara dan bertingkah laku yang berlaku ketika seseorang bergaul denga sesama.
Adapun sundi kata dia, adalah tata krama dan letak keterbatasan singkuh itu itu sendiri. Dengan kata lain diakui Mady, singkuh sundi tak ubahnya dengan “Tata krama dan sopan santun,”.
Dulu, pada era tahun 1990-an, Mady mengenang, singkuh sundi masih jamak dipakai masyarakat Pagaralam. Adapun sekarang, kata dia, etika itu sudah mulai luntur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: