Pemkot PGA

Media Sosial dan Krisis Psikologis: Mengupas Pandangan Rani N.A soal Labeling, Self-Diagnose, dan Takut Tertin

Media Sosial dan Krisis Psikologis: Mengupas Pandangan Rani N.A soal Labeling, Self-Diagnose, dan Takut Tertin

Rani N.A: Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental melalui Fenomena Self-Diagnose, Labeling, dan FoMO-Foto: net -

Sama seperti fenomena self-diagnosis, informasi kesehatan mental di media sosial sering belum terverifikasi, sehingga mempengaruhi persepsi dan kecemasan pengguna.

BACA JUGA:Renaissance Lonceng Kebangkitan Eropa yang Mengubah Sejarah Dunia

BACA JUGA:Bagaimana Sejarah Masjid Sunan Kalijaga di Gunung Kidul yang Jadi Saksi Penyebaran Islam di Tanah Jawa

Menjaga Kesehatan Mental di Era Media Sosial

Memperoleh informasi lewat media sosial memang mudah, namun dampaknya bergantung pada cara kita meresponsnya.

Informasi kesehatan mental dari media sosial sebaiknya dipakai sebagai bahan pemahaman awal dan tidak menggantikan konsultasi dengan tenaga ahli (Ismed, 2024).

Beberapa cara menjaga kesehatan mental antara lain:

Batasi penggunaan media sosial, idealnya tidak lebih dari dua jam sehari.

Gunakan media sosial dengan bijak, selektif dalam menerima informasi, dan hindari konten negatif yang bisa memicu stres.

Perbanyak kegiatan positif seperti menghabiskan waktu dengan keluarga dan teman, ikut kegiatan menyenangkan, atau menekuni hobi yang bermanfaat.

BACA JUGA:Black Death Pandemi yang Mengubah Sejarah Dunia dan Mengerikan Eropa

BACA JUGA:Gereja Terkoyak Reformasi Luther dan Perpecahan Terbesar dalam Sejarah Kristen

Rutin berolahraga dan membaca buku untuk mengalihkan pikiran dari tekanan media sosial.

Yang paling penting, jika merasa ada masalah psikologis, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater.

Saat ini, konsultasi semakin mudah dengan adanya layanan online melalui media sosial, sehingga akses ke tenaga ahli lebih praktis dan cepat.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait