Media Sosial dan Krisis Psikologis: Mengupas Pandangan Rani N.A soal Labeling, Self-Diagnose, dan Takut Tertin
Rani N.A: Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental melalui Fenomena Self-Diagnose, Labeling, dan FoMO-Foto: net -
WhatsApp menjadi aplikasi komunikasi yang paling umum digunakan oleh semua kelompok usia karena kemudahan dalam mengirim pesan teks.
Media sosial berperan sebagai wadah luas untuk penyebaran informasi.
Para pembuat konten berlomba menghadirkan materi menarik, mulai dari tema kecantikan, kuliner, parenting, eksperimen sosial, hingga kesehatan mental.
BACA JUGA:Misteri dan Sejarah Hubungan Kuda dan Manusia Dalam Kehidupan Bangsa Viking
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Batu Menangis: Legenda yang Membatu di Kalimantan!
Konten yang dibuat oleh kreator, baik profesional maupun amatir, seringkali mencakup pengenalan gejala gangguan mental, pengalaman pribadi, serta tips menjaga kesehatan mental (Ismed, 2024).
Saat ini, fenomena self-diagnosis, pelabelan (labelling), dan FoMO (Fear of Missing Out) menjadi topik hangat di media sosial.
Fenomena ini menarik untuk diteliti karena berhubungan erat dengan kesehatan mental pengguna serta bagaimana mereka memproses dan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari.
Self-Diagnosis
Menurut Charlton (dalam Amrah dkk., 2024), self-diagnosis adalah proses di mana seseorang mulai mengenali adanya gangguan atau ketidaknyamanan dalam dirinya, lalu mencoba mengidentifikasi gejala tertentu sebagai indikasi penyakit.
BACA JUGA:Gereja Terkoyak Reformasi Luther dan Perpecahan Terbesar dalam Sejarah Kristen
BACA JUGA:Renaissance Lonceng Kebangkitan Eropa yang Mengubah Sejarah Dunia
Misalnya, TikTok, yang menurut penelitian Yueng et al. (2022) terkadang menyebarkan informasi yang kurang akurat tentang kesehatan mental.
Popularitas topik kesehatan mental yang meningkat menyebabkan banyak akun membahas berbagai gangguan dan gejalanya, meskipun sumbernya belum tentu dapat dipercaya.
Faktor biaya terapi yang mahal dan stigma sosial yang masih melekat mendorong orang melakukan self-diagnosis.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
