Sunan Drajat. Teladan dan Perjalanan Spiritual Sunan Drajat Dalam Penyebaran Islam di Lamongan

BACA JUGA:Mengungkap Warisan Islam di Jawa Tengah: Makam Sunan Kudus dan Kisah di Baliknya

Sejumlah perangkat gamelan, misalnya bonang, angklung, ketuk, rebab, gender, & saron, merupakan galat satunya.

Gamelan tadi dihiasi menggunakan ragam hias singa mengkok yang dikenal menjadi gamelan Singo Mengkok.

Harta warisan budaya tadi disimpan pada Museum Sunan Drajat, dan mempunyai nilai sejarah yang tinggi lantaran nir poly mengalami perubahan semenjak periode Sunan Drajat.

Sunan Drajat jua dikenal menjadi penulis tembang pangkur yang lalu berasimilasi menggunakan perkembangan sastra macapat dalam akhir abad ke-15.

BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Kasunanan Kartasura: Dari Pendirian hingga Keruntuhan

Selain itu, dia memanfaatkan sastra suluk, termasuk bait-bait menurut Serat Dewa Ruci, buat kepentingan dakwah Islam.

Inilah sebagian menurut warisan budaya dan spiritual Sunan Drajat yang masih dijaga menggunakan baik sang rakyat Lamongan.

Dengan sejarah yg kaya dan warisan budaya yg berharga, Makam Sunan Drajat bukan hanya destinasi ziarah spiritual, namun juga sebagai saksi bisu menurut bepergian panjang Islam pada Pulau Jawa.

Kehadirannya menaruh wawasan yang mendalam mengenai nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan yang terus dijaga dan dipelihara sang rakyat setempat.

BACA JUGA:Menelusuri Warisan Sunan Drajat: Refleksi Sejarah dan Budaya di Lamongan

Teladan yang Dapat Diambil menurut Sikap Pribadi Sunan Drajat?

1. Merakyat dan peduli fakir miskin

Sebelum membicarakan dakwah, Sunan Drajat mengawali dakwahnya menggunakan menaruh perhatian terhadap kesejahteraan dan syarat rakyat.

Fakir miskin sebagai perhatiannya ketika berdakwah sehabis kesejahteraan bisa dirasakan barulah Sunan Drajat menaruh pemahaman mengenai ajaran Islam yang menekankan pandangan hidup kerja keras, solidaritas sosial dan gotong royong.

Sumber: