Pemkot PGA

Menelusuri Sejarah Candi Kethek: Jejak Purba di Lereng Gunung Lawu!

Menelusuri Sejarah Candi Kethek: Jejak Purba di Lereng Gunung Lawu!

Menelusuri Sejarah Candi Kethek: Jejak Purba di Lereng Gunung Lawu!-net: foto-

BACA JUGA:Menelusuri Suku Samin: Dari Blora untuk Indonesia, Warisan Nilai Kejujuran dan Kesederhanaan!

Candi Kethek memiliki bentuk yang sangat khas, menyerupai punden berundak dengan tujuh tingkat teras yang semakin mengecil ke atas. Setiap teras dihubungkan dengan tangga batu yang mengarah ke puncak.

Struktur seperti ini menunjukkan pengaruh kuat dari kepercayaan animisme dan dinamisme, di mana masyarakat masa itu percaya bahwa puncak gunung merupakan tempat bersemayamnya para dewa dan roh leluhur.

Di bagian puncak candi ditemukan sebuah arca menyerupai kura-kura batu. Arca tersebut diduga merupakan simbol dari legenda Kurma Dewa Wisnu yang melambangkan kekuatan, keseimbangan, dan penopang bumi.

Bentuk candi yang berundak juga menunjukkan bahwa tempat ini digunakan sebagai lokasi pemujaan terhadap roh leluhur atau upacara keagamaan tertentu.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Suku Amungme: Penjaga Tanah Leluhur di Pegunungan Papua!

Fungsi dan Makna Candi Kethek

Tidak seperti candi besar lain yang difungsikan sebagai tempat ibadah utama, Candi Kethek diyakini berfungsi sebagai tempat ritual atau meditasi bagi para pertapa.

Letaknya yang tersembunyi di lereng gunung dan jauh dari keramaian memperkuat dugaan bahwa tempat ini dimaksudkan untuk kegiatan spiritual dan penyucian diri.

Dalam konteks budaya Jawa, bentuk punden berundak pada Candi Kethek menjadi simbol hubungan antara manusia dengan Tuhan (vertikal) dan antara manusia dengan sesama (horizontal).

BACA JUGA:Inilah Sejarah Gunung Sumbing, Warisan Alam yang Menyimpan Kisah Legendaris!

Setiap tingkatan dianggap sebagai perjalanan spiritual menuju kesempurnaan batin.

Keterkaitan dengan Candi Ceto dan Candi Sukuh

Candi Kethek sering dikaitkan dengan dua candi besar lainnya di Gunung Lawu, yaitu Candi Ceto dan Candi Sukuh.

Ketiganya dianggap sebagai satu kesatuan spiritual yang menggambarkan perjalanan manusia dari kehidupan duniawi menuju kesucian.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait