Demokrasi Terpimpin, Antara Harapan Bung Karno dan Realita Pahit Bangsa
--
BACA JUGA:Terungkap, Jejak Cina di Pesisir Utara Jawa yang Membentuk Sejarah Nusantara
Salah satu tantangan utama adalah kecenderungan konsentrasi kekuasaan di tangan presiden, yang mengikis prinsip checks and balances.
Dengan kekuasaan yang begitu besar, risiko otoritarianisme menjadi sulit dihindari.
Selain itu, Demokrasi Terpimpin kerap mengabaikan kebebasan berpendapat dan hak oposisi.
Pers dan partai politik yang tidak sejalan dengan pemerintah mengalami pembatasan ketat.
BACA JUGA:Pangeran Diponegoro, 5 Tahun Perlawanan yang Mengubah Sejarah Nusantara
Budaya kritik yang sehat menjadi langka, digantikan dengan budaya loyalitas mutlak terhadap pemimpin.
Padahal, dalam prinsip demokrasi yang sejati, perbedaan pendapat adalah kekuatan, bukan ancaman.
Krisis ekonomi yang melanda pada masa itu juga memperparah situasi.
Ketidakstabilan harga barang, inflasi tinggi, dan kemiskinan meluas menciptakan ketidakpuasan di kalangan rakyat.
BACA JUGA:Sejarah Museum Kereta Api Graha Parahyangan: Menyusuri Jejak Perjalanan Kereta Api di Indonesia!
Meski negara dipimpin dengan tangan kuat, persoalan ekonomi tetap sulit diatasi tanpa manajemen yang efektif dan kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil.
Tantangan lainnya datang dari ketegangan ideologi.
Di tengah semangat Demokrasi Terpimpin, persaingan antara kekuatan nasionalis, komunis, dan agama semakin tajam.
Upaya Soekarno untuk menjaga keseimbangan kekuatan ini melalui konsep Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme) sering kali berujung pada ketegangan internal yang sulit dikendalikan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
