Guritan! Seni Tradisional Suku Besemah, Menggunakan Bahasa Lokal Yang Masih Terjaga

Guritan! Seni Tradisional Suku Besemah, Menggunakan Bahasa Lokal Yang Masih Terjaga

pelajar pagaralam belajar bahasa asli Besemah-pidi-pagaralampos.com

BACA JUGA:BESEMAH! Satu Dari 12 Suku Yang Ada di Sumsel, Ternyata Suku Besemah Menolak Tunduk Kepada Penjajah

“Kancung beghete adalah orang yang memiliki informasi untuk disampaikan kepada orang banyak,”urai Satar. Maka, Satar menyatakan, kancung beghete di masa sekarang sama dengan wartawan. “Tukang penyampai informasi,”ucapnya.

Satar mengamini, Bahasa Besemah baghi sudah hilang dari pergaulan sehari-hari. Tapi tidakhalnya dengan sastra tutur. Kata dia, sastra tutur besemah seperti guritan, rimbai, tadut dan rejung masih memakai Bahasa Besemah.

Maka, bila ingin mempelajari Bahasa Besemah baghi, “Bacalah guritan,”kata Satar.

DESA Sukaraja Kabupaten Lahat. Kalender bertarikh di angka tahun 2009 dan bulan keenam ketika Asmadi menyambangi desa yang tak terlalu jauh dari Kota Pagaralam ini.

BACA JUGA:MENGEJUTKAN! Selain Keturunan Majapahit, Ternyata Suku Besemah Memiliki Sebuah Kerajaan Yang Besar

Di desa ini dia menemui salahseorang tokoh guritan: Gatam yang ketika ditemui saat itu berusia 79 tahun. Mady Lani-nama pena Asmadi-datang dengan maksud untuk mewawancarai Gatam tentang guritan.

Dari hasil wawancara ini, Mady berhasil mendapatkan salahsatu guritan yang berjudul “Rindang Papan Ngah Lemang Batu”. Ini merupakan guritan yang berisi lebih dari 100 bait.

“Tapi, yang saya tulis di sini hanya sekitar 28 bait saja,”ujar Mady, ketika dijumpai Pagaralam Pos, di Kedai Kopi Asmara, kemarin.

Di kedai yang berada di kawasan Swakarya Kecamatan Pagaralam Utara itu Mady menunjukkan guritan ‘Rindang Papan Ngah Lemang Batu’.

BACA JUGA:Mengenal Tunil, Opera Asli Suku Besemah Yang Ternyata Bukan Sekedar Lawakan

Dia didampingi owner Kedai Kopi Asmara Ahmad Raja. Oleh Mady, guritan hasil wancaranya dengan Gatam diketik secara rapih dan dijilid menjadi satu bundel bersama dengan biografinya.

Kelak, bundel yang cukup tebal ini akan dikirim ke Palembang.

Ketika membaca satu per satu bait dalam guritan Rindang Papan Ngah Batu itu, kening beberapakali dibuat mengerenyit. Ini ketika terbentur dengan kata-kata seperti suli,

jentaghe, ubagh-ubaghan, rap, kehemu, dan lainnya. Ya, inilah kata-kata dalam Bahasa Besemah baghi yang oleh Satar tadi disebutkan memang banyak 'terserak' dalam guritan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: