PAGARALAMPOS.COM - Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menyuarakan keprihatinan atas lonjakan impor keramik yang membanjiri pasar Indonesia, utamanya dari China.
Ketua Asaki, Edy Suyanto, menyebutkan bahwa lonjakan ini disebabkan oleh kapasitas produksi yang berlebihan dari China dan pengalihan strategis ekspor dari pasar tradisional seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat ke Indonesia.
Edy Suyanto menyoroti beberapa isu utama yang menyebabkan banjir ini.
Pertama-tama, ia menunjukkan "praktik perdagangan tidak adil," termasuk subsidi pemerintah di China dan praktik dumping akibat kapasitas produksi yang berlebihan dan persediaan produk keramik dari China.
BACA JUGA:Uang Miliaran Rupiah untuk Keamanan Data, Ini Penjelasan Sri Mulyani!
Praktik-praktik ini telah menyebabkan pergeseran signifikan dalam fokus ekspor China ke Indonesia, menyusul langkah-langkah anti dumping yang diberlakukan oleh negara-negara lain.
Selain itu, para importir diduga terlibat dalam taktik harga predator, menjual keramik impor dengan harga jauh di bawah biaya produksi nasional.
Hal ini telah sangat mengganggu daya saing industri keramik domestik Indonesia.
Dampaknya sangat nyata: penurunan yang signifikan dalam tingkat utilisasi produksi dan defisit perdagangan yang mencapai lebih dari US$1,3 miliar selama lima tahun terakhir.
BACA JUGA:Menteri Koordinator Hadi Tjahjanto Ungkap Lima Provinsi Terbesar Terpapar Judi Online di Indonesia
Menurut Edy Suyanto, kerugian ini seharusnya bisa dihindari, karena permintaan keramik nasional dapat dengan mudah dipenuhi oleh industri keramik dalam negeri yang kuat.
Ia menekankan peran penting pemerintah dalam melindungi industri domestik, dengan mencatat bahwa sektor keramik Indonesia mendukung ribuan usaha kecil dan menengah (UKM) di sepanjang rantai pasokan.
Sebagian besar UKM ini sangat bergantung pada industri keramik untuk penghidupan mereka.
Asaki meminta tindakan cepat, mendorong penyelidikan menyeluruh terhadap tindakan anti dumping terhadap produk keramik China, dengan usulan tarif yang melebihi 100%.
BACA JUGA:Impor Beras Indonesia Menghadapi Tantangan di Tengah Melemahnya Rupiah, Begini Kata BOs Bulog!