Menggali Ragam Budaya dan Peninggalan Warisan Budaya di Indonesia yang Sangat Menakjubkan!

Minggu 12-05-2024,15:59 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

Konstruksi dimulai pada tahun 1920, dengan peletakan batu pertama oleh Johanna Catherina Coops dan Petronella Roelofsen, mewakili Gubernur Jenderal di Batavia.

Nama gedung tersebut kemudian diubah menjadi Gedung Sate, mengacu pada sate sate yang dijual oleh pedagang kaki lima di sekitar kawasan tersebut.

BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno

BACA JUGA:Membuka Sejarah Candi Prambanan, Teryata ada Kisah Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang

Gaya arsitektur Gedung Sate mencerminkan perpaduan Rasionalisme Belanda dan unsur lokal Sunda.

Dirancang oleh arsitek Belanda J. Gerber, bangunan ini memiliki enam struktur runcing menyerupai tusuk sate di atas kubah tengahnya.

Bangunan ini disebut 'bekel' dan dihiasi ornamen perunggu. Gedung Sate resmi dibuka pada tanggal 27 Juli 1924 oleh Gubernur Jenderal ACD de Graeff.

Salah satu fakta sejarah yang menarik adalah Gedung Sate berperan dalam Konferensi Meja Bundar (RTC) Belanda-Indonesia pada tahun 1949.

BACA JUGA:Sejarah Mesopotamia Kuno, Ketika Pendidikan Hanya Untuk Kaum Elite

BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno

Gedung ini sekaligus menjadi tempat penandatanganan Perjanjian Linggadjati antara Indonesia dan Belanda, yang menandai langkah signifikan menuju kemajuan Indonesia. kemerdekaan.

Peran Gedung Sate terus berkembang hingga menjadi Kantor Gubernur Jawa Barat.

Saat ini, gedung ini menjadi kantor gubernur, museum, dan ruang publik yang disebut Taman Gedung Sate.

Bangunan ini telah menjadi landmark ikonik di Bandung, melambangkan warisan budaya dan sejarah kota.

BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno

BACA JUGA:Profil Provinsi Sumatera Selatan, Melacak Jejak Sejarah dan Pesona Alamnya

Kategori :