Sunan memerintahkan Ki Jayawinata, Bupati Mataram, untuk menumpas pemberontakan tersebut. Namun pasukannya kewalahan, dan Jayawinata melaporkan kegagalan tersebut kepada Sunan.
Pangeran Pringgalaya, Bupati Kartasura, kemudian diutus untuk menangani situasi tersebut.
BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno
BACA JUGA:Membuka Sejarah Candi Prambanan, Teryata ada Kisah Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang
Sunan memerintahkan, “Tangkap Ki Mas Dana hidup-hidup!” Pertempuran sengit pun terjadi dan memakan banyak korban jiwa.
Pemberontakan tersebut akhirnya dapat dipadamkan, namun Ki Mas Dana melarikan diri ke Borobudur. Pringgalaya mengejar dan menangkapnya, membawanya ke hadapan Sunan untuk mendapatkan hukuman yang berat.
Peristiwa ini diabadikan dalam “Babad Tanah Jawi” dari abad ke-18. Sejarah kelam Borobudur antara lain menjadi tempat perlindungan para pemberontak, dianggap angker, dan mencari berkah.
Borobudur terus menarik minat wisatawan karena keindahannya, seperti yang diulas dalam buku “Jelajahi Borobudur: 100 Destinasi Instagrammable di Sekitar Candi Borobudur”.
BACA JUGA:Sejarah Mesopotamia Kuno, Ketika Pendidikan Hanya Untuk Kaum Elite
BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno
3. Lawang Sewu
Diterjemahkan sebagai "Seribu Pintu" dalam bahasa Indonesia, Lawang Sewu adalah sebuah bangunan bersejarah yang terletak di Semarang, Jawa Tengah.
Dibangun oleh Belanda antara tahun 1904 dan 1907, Lawang Sewu awalnya berfungsi sebagai kantor pusat perusahaan kereta api swasta Belanda Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).
Nama gedung yang berarti "Seribu Pintu" ini berlebihan karena memiliki 429 jendela namun sebenarnya tidak ada pintu.
Desain Lawang Sewu yang besar dan mengesankan, menampilkan banyak jendela tinggi dan lebar, memberikan ilusi banyak pintu.
BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno