"Hamba pernah mendengar kabar bahwa Dewi Sanggalangit tidak mau menikah. Sudah banyak satria yang meminang, tetapi tidak seorang pun yang diterima. Hal itu membuat Prabu Erlangga masygul. Jika lamaran Tuanku ditolak, bagaimana?"
BACA JUGA:5 Misteri dan Mitos di Gunung Bromo ini Terkenal Mistis dan Paling Ditakuti Para Pendaki
"Aduh, Ganong ... usahakan agar diterima. Aku sudah terlanjur gila memikirkannya." Hari itu juga Patih Bujangganong berangkat ke Daha.
Sejumlah prajurit bersenjata lengkap mengiring perjalanannya. Sebagian prajurit ditugaskan untuk membawa hadiah bagi Putri Sanggalangit.
Perjalanan Bujangganong dengan pasukannya melewati Gunung Wilis. Tanpa disadari mereka melanggar wilayah yang dikuasai oleh raja binatang.
Raja binatang itu bernama Singobarong. Tubuhnya seperti manusia, tetapi kepalanya seperti kepala harimau.
Meskipun begitu, dia bertingkah laku seperti manusia. Singobarong bersekutu dengan raja burung merak bernama Manyura.
Manyura mirip Singobarong.Tubuhnya seperti manusia, tetapi kepalanya seperti burung merak.
Manyura pun bertingkah laku seperti manusia. Bujangganong beserta pasukannya berselisih paham dengan pasukan Singobarong.
Perang pun tak dapat dihindarkan. Pasukan lawan terlalu besar dan kuat sehingga Bujangganong menarik kembali pasukannya ke Bandarangin.
Sampai di kerajaan Bandarangin, Patih Bujangganong melapor kepada Raja Kelana Sewandana. Raja pun sangat terkejut melihat utusannya kembali.
"Dinda Patih, kenapa?" kata Raja Kelana Sewandana.
"Aduh, sang Prabu, gawat. Kami dianggap melanggar wilayah Raja Singobarong."
"Oooh, raja binatang itu."
"Betul, Tuanku. Kekuatan dan kesaktian mereka tidak dapat diremehkan. Daripada pasukan hamba hancur, lebih baik hamba mundur."