Ada beberapa hal yang menjadi pantangan atau tabu bagi mereka. Salah satunya adalah mengambil foto, terutama di wilayah Baduy Dalam.
BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno
BACA JUGA:Membuka Sejarah Candi Prambanan, Teryata ada Kisah Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang
Pengunjung hanya boleh menggambarkan suasana di dalamnya hanya dengan sketsa.
Kini, Desa Baduy kerap dikunjungi wisawatan domestik maupun mancanegara. Ada beberapa aturan yang harus ditaati ketika berkunjung ke Baduy.
Aturan-atauran tersebut berbeda untuk Baduy Luar, Baduy Dalam, dan perbatasan keduanya.
Baduy Dalam terdiri dari tiga desa, yaitu Cikeusik, Cikertawarna, dan Cibeo. Desa Cibeo lebih terbuka terhadap pendatang.
BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno
BACA JUGA:Profil Provinsi Sumatera Selatan, Melacak Jejak Sejarah dan Pesona Alamnya
Namun, pengunjung tetap tidak boleh mengambil foto serta dilarang memakai sabun, sampo, odol, dan bahan kimia lainnya saat mandi karena dikhawatirkan akan merusak alam.
Sedangkan Desa Cikeusik sangat indah dan asri, tetapi jarang dikunjungi. Selain kearifan lokalnya, masih banyak keunikan suku Baduy Dalam, di antaranya:
Gotong Royong
Di banyak tempat di Indonesia, sifat gotong royong sudah banyak ditinggalkan. Namun, sifat ini masih dipertahankan oleh suku Baduy Dalam.
Terutama saat harus pindah ke daerah yang lebih subur karena mereka merupakan suku nomaden dan penganut sistem ladang terbuka.
BACA JUGA:Tradisi Perkawinan Sedarah Firaun, Sejarah Mesir Kuno
BACA JUGA:Eksplorasi Wisata Situbondo, 11 Tempat Wisata Alam dan Sejarah yang Memukau