Tapi kelahiran Muhammad SAW memicu beberapa ketidakpuasan di klan Bani Hashim.
Pamannya yang licik Abu Lahab (Mohammad Asgari) dan istrinya Jamilah (Rana Azadivar) cemburu, dan menolak untuk mengizinkan pembantu mereka untuk menjadi perawat bayi.
BACA JUGA:Kembarasia, Silaturrahmi Dua Budaya
Abdul Muthalib yang melihat bahwa bayi ini istimewa, mengirimkan Muhammad SAW untuk diasuh orang Badui Hamzah (Hamidreza Tajdolat) dan Halimah (Sareh Bayat).
Dengan kedatangan bayi, lahan gersang berubah menjadi oasis hijau dan berlimpah.
Sementara itu, sesepuh komunitas Yahudi juga mengakui pertanda sekitarnya kelahiran Muhammad SAW mencoba untuk melacak keberadaannya.
Demikian juga seorang pendeta Kristen, mengakui Muhammad SAW sesuai nabi yang dijanjikan Yesus.
BACA JUGA:Wamenparekraf Ajak Masyarakat Medan Lestarikan Cagar Budaya 'Tjong A Fie Mansion
Cerita mulai menjadi gembira ketika Muhammad SAW berumur 6 tahun (selalu berpakaian putih berkilau) menghancurkan patung berhala dan menyembuhkan Halimah.
Rumor dari kekuatan khusus menyebar, dan ia menjadi target penculikan.
Hamzah mengembalikan Muhammad SAW pada Aminah, tapi dia meninggal saat perjalanan.
Abdul Muthalib mengambil alih sebagai wali dan guru, dan di ranjang kematiannya menunjuk Abu Thalib untuk merawatnya.
BACA JUGA:Tekankan Pentingnya Literasi dan Berbudaya
Meskipun muda, Muhammad SAW bekerja sebagai pedagang keliling dengan Abu Thalib, dan mendapatkan reputasi untuk kejujuran dan perbuatan baiknya. Dia juga menunjukkan simpati pada orang lemah dan dianiaya.
Kasih sayang Allah dinyatakan dalam bentuk yang paling spektakuler ketika ia dan Abu Thalib tiba di sebuah kota pantai yang miskin dengan kafilah unta mereka, dan Muhammad SAW tidak hanya menyelamatkan seseorang sebagai pengorbanan manusia, tapi juga memanggil gelombang pasang penuh ikan bagi warga desa yang kelaparan.
BACA JUGA:Sekilas Sejarah dan Budaya Kota Palembang