BACA JUGA:Anyaman Bambu dan Rotan Adat Budaya Dari Nenek Moyang
Majidi menghormati aturan Islam dengan tidak pernah menunjukkan wajah Nabi Muhammad SAW dan sebagian besar tampak dari belakang.
Pada konferensi pers, ia menjelaskan bahwa ia dan sinematografer Storaro menyesuaikan Steadicam, terutama untuk menunjukkan sudut pandang nabi.
"Saya membuat film ini untuk memerangi gelombang baru Islamofobia di dunia Barat.
Interpretasi Barat atas Islam adalah penuh kejahatan dan terorisme," ujar Majidi saat diwawancara Hezbollah Line, majalah konservatif di kalangan Iran.
BACA JUGA:“Pesona Wastra Dempo” Angkat Keragaman Budaya Pagaralam
Sebagaimana aturan dalam Islam untuk, wajah Nabi Muhammad sama sekali tidak diperlihatkan dalam film itu.
Sekali waktu Nabi Muhammad hanya diperlihatkan sebatas bayangan. Waktu yang lain lagi kamera digunakan sebagai ‘mata’ Nabi Muhammad, sehingga penonton bisa melihat sudut pandangnya.
Sekali, ditampakkan seorang bocah laki-laki sedang bermain.
Ia diibaratkan Muhammad, tetapi hanya ditampakkan dari belakang. Tidak dijelaskan siapa aktor lelaki muda itu.
BACA JUGA:Sanggar – Budayawan Ujung Tombak Pengenalan Budaya dan Sejarah
Karena bagian tengah dari film meliputi kehidupan Muhammad SAW sebelum ia menjadi nabi, kita akan melihat para aktor bermain memerankan nabi di usia 6, 8 dan 12 (Alireza Jalili, Hossein Amir Jalali dan Heidari).
Kelahiran nabi Muhammad SAW di Mekah pada tahun 570 setelah invasi gagal ke kota mekah oleh Jendral Abraha (Arash Falahat Pishe) dengan armada tentara gajahnya yang menakutkan.
Ini adalah aksi pertama dari banyak aksi-aksi yang tidak diragukan lagi menggunakan efek yang mahal.
BACA JUGA:Tingkatkan Ketahanan dan Ketribusi Budaya Indonesia
Sinopsis Film Muhammad, The Messenger of God: Sebulan sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW, terjadi serangan yang dilakukan oleh Abrahah, Raja Habasya untuk menghancurkan Ka’bah yang berada di kota Mekah.