Pulau Penyengat: Pusat Peradaban Islam, Kesultanan Melayu Riau, dan Lahirnya Bahasa Indonesia Modern!
Pulau Penyengat: Pusat Peradaban Islam, Kesultanan Melayu Riau, dan Lahirnya Bahasa Indonesia Modern!-net:foto-
PAGARALAMPOS.COM - Meskipun ukurannya hanya sekitar 2 km², pulau ini menyimpan segudang sejarah dan warisan budaya yang sangat penting dalam perjalanan peradaban Melayu dan Islam di Nusantara.
Dari zaman Kesultanan Riau-Lingga hingga lahirnya pujangga besar Raja Ali Haji, Pulau Penyengat telah menjadi saksi berbagai babak penting dalam sejarah Indonesia.
Awal Mula dan Asal-usul Nama
Nama “Penyengat” memiliki asal-usul yang menarik. Konon, pada masa silam, para pelaut yang mencoba mendekati pulau ini tanpa izin sering diserang oleh sekelompok lebah atau serangga penyengat.
BACA JUGA:Benteng Ferangi; Saksi Bisu Pelindung dan Simbol Perjuangan Melawan Penjajah
Akibat kejadian tersebut, penduduk setempat menyebutnya sebagai Pulau Penyengat. Walaupun kisah ini memiliki nuansa legenda, nama itu tetap melekat hingga kini.
Pulau ini mulai dikenal secara luas pada abad ke-18, ketika menjadi bagian dari wilayah Kesultanan Johor-Riau-Lingga yang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melaka setelah jatuh ke tangan Portugis.
Sejak saat itu, Penyengat berkembang menjadi pusat kebudayaan, politik, dan agama.
Pusat Pemerintahan Kesultanan Riau-Lingga
Namun, peran puncaknya terjadi pada awal abad ke-19 saat Sultan Mahmud Syah III memberikan pulau ini sebagai mas kawin kepada Engku Puteri Raja Hamidah, seorang bangsawan yang dikenal cerdas dan religius.
Sejak saat itu, Penyengat tidak hanya menjadi kediaman bangsawan, tetapi juga pusat kegiatan pemerintahan dan keagamaan. Di pulau inilah berdiri Masjid Raya Sultan Riau yang kini menjadi ikon sejarah.
Masjid ini juga menjadi simbol kekuatan budaya Islam dan arsitektur Melayu yang mengakar kuat di wilayah Riau.
Raja Ali Haji dan Warisan Sastra
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
