Mengenal Suku Sabu: Jejak Sejarah, Bahasa, dan Kepercayaan Tradisional yang Masih Lestari
Mengenal Suku Sabu: Jejak Sejarah, Bahasa, dan Kepercayaan Tradisional yang Masih Lestari-Foto: net -
PAGARALAMPOS.COM - Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan beragam suku dan budaya yang membentuk kekayaan identitas bangsa.
Di antara keindahan gugusan pulau di Nusa Tenggara Timur (NTT), terdapat satu kelompok etnis yang menarik perhatian karena sejarah dan tradisinya yang kuat, yakni Suku Sabu, atau sering juga disebut Suku Sawu.
Mereka bermukim di Pulau Sabu—pulau kecil yang terletak di antara Pulau Rote dan Pulau Sumba.
Meski wilayahnya tidak luas, nilai budaya dan sejarahnya menjadikan suku ini sebagai salah satu warisan penting dalam kebudayaan Indonesia.
Asal-Usul dan Persebaran
Asal-usul Suku Sabu masih menjadi bahan kajian menarik bagi para peneliti. Banyak yang memperkirakan bahwa nenek moyang mereka merupakan bagian dari migrasi Austronesia yang datang dari wilayah Asia Tenggara ribuan tahun lalu.
BACA JUGA:Resep Praktis Udang dan Ayam Saus Tiram, Nikmat ala Masakan Rumahan
Lokasi Pulau Sabu yang berada di jalur pelayaran strategis antara Flores, Timor, dan Sumba membuat masyarakatnya terbuka terhadap interaksi budaya dari luar, termasuk dengan pedagang Bugis, Makassar, Portugis, dan Belanda.
Kini, populasi utama Suku Sabu berada di Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur, sementara sebagian lainnya tersebar di wilayah Timor, Kupang, dan beberapa daerah lain karena faktor pendidikan serta pekerjaan.
Struktur Sosial dan Kekerabatan
Suku Sabu memiliki sistem sosial yang kokoh dengan nilai kekeluargaan yang dijunjung tinggi. Mereka mengenal sistem adat Hubbu, yaitu ikatan kekerabatan yang menegaskan pentingnya hubungan antaranggota keluarga dalam kehidupan sosial.
BACA JUGA:Resep Praktis Udang & Ayam Saus Tiram, Masakan Rumahan yang Lezat
Sistem kekerabatan mereka bersifat patrilineal, di mana garis keturunan ditarik dari pihak ayah. Hal ini berpengaruh pada pewarisan harta, kepemimpinan keluarga, dan peran laki-laki dalam kegiatan adat.
Meskipun begitu, peran perempuan tetap penting—terutama dalam menjaga tradisi, mengatur rumah tangga, dan meneruskan nilai-nilai budaya kepada generasi berikutnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
