Jjokjin Meori: Sanggul Tradisional Korea yang Menandai Status Sosial di Era Joseon
Jjokjin Meori: Sanggul Tradisional Korea yang Menandai Status Sosial di Era Joseon-Foto: net -
Selain itu, penggunaan Jjokjin Meori diatur dengan ketat. Pada masa Raja Yeongjo, ada larangan bagi sanggul yang terlalu besar atau mencolok karena dianggap membebani keluarga.
Raja bahkan mendorong penyederhanaan gaya rambut demi moralitas dan kesederhanaan publik, menunjukkan betapa gaya rambut berpengaruh terhadap norma masyarakat.
Kini, Jjokjin Meori tetap hadir dalam pertunjukan seni tradisional, drama sejarah, dan upacara pernikahan dengan hanbok.
Meskipun tidak lagi menjadi penanda status sosial, sanggul ini tetap dihargai sebagai warisan budaya yang penuh makna.
Dalam era modern, kehadiran Jjokjin Meori menjadi penghubung generasi muda Korea dengan sejarah dan identitas mereka.
BACA JUGA:Memahami Sejarah Gunung Malabar: Jejak Alam dan Warisan Kolonial di Tanah Priangan!
BACA JUGA:Sejarah Gunung Papandayan: Jejak Vulkanik dan Warisan Alam Garut!
Melalui Jjokjin Meori, kita bisa melihat bahwa rambut bukan hanya soal penampilan, tapi juga sarana komunikasi budaya.
Ia merekam cerita tentang kekuasaan, peran gender, dan nilai sosial yang membentuk masyarakat Korea tempo dulu.
Dalam helai rambut yang tertata rapi itu tersimpan sejarah panjang perempuan Korea yang tak hanya menghias diri, tetapi juga mengekspresikan posisi dan peran mereka dalam struktur sosial yang ketat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
