Pemkot PGA

Misteri Tenun Gringsing: Simbol Kesucian dan Keabadian dari Bali Timur

Misteri Tenun Gringsing: Simbol Kesucian dan Keabadian dari Bali Timur

Misteri Tenun Gringsing: Simbol Kesucian dan Keabadian dari Bali Timur-Foto: net -

Proses Rumit yang Sarat Makna

Pembuatan kain gringsing bukan perkara mudah. Untuk motif paling rumit, proses pengerjaannya bisa memakan waktu hingga lima tahun.

Berbeda dari tenun biasa, dalam teknik double ikat, baik benang melintang (pakan) maupun memanjang (lungsi) diikat dengan pola khusus sebelum dicelupkan ke dalam pewarna alami.

Seluruh prosesnya dikerjakan dengan tangan. Alat yang digunakan pun masih sederhana, seperti alat tenun tradisional (gedogan atau ATBM).

Penenun duduk di lantai, bersimpuh atau meluruskan kaki, dengan penuh kesabaran dan presisi tinggi.

BACA JUGA:Sejarah Candi Bumi Ayu: Jejak Hindu di Tanah Sumatera Selatan!

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Candi Arjuna: Warisan Hindu Tertua di Dataran Tinggi Dieng!

Benang kapas yang telah dipintal kemudian direndam dalam minyak kemiri selama puluhan hari hingga satu tahun.

Minyak ini diperoleh dari buah kemiri yang jatuh alami di hutan Tenganan. Fungsinya untuk memperkuat daya serap warna dan memberi kilau alami pada benang, sekaligus menjaga kualitas serat agar tidak mudah rusak.

Setelah proses rendaman dan pengeringan selesai, benang diikat menggunakan tali rafia membentuk motif.

Pewarnaan dilakukan bertahap, dimulai dari warna dasar (umumnya biru), lalu dilanjutkan dengan warna-warna motif seperti merah tua dan hitam.

Pewarna biru alami berasal dari perpaduan bahan-bahan lokal seperti daun taum (indigofera), tape, dan pisang. Proses pencelupan ini biasanya dilakukan di Desa Bugbug, karena mengikuti ketentuan adat yang masih dijaga secara turun-temurun.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait