Suku Tamiang dan Warisan Kerajaan Tua: Menelusuri Identitas di Timur Aceh
Suku Tamiang dan Warisan Kerajaan Tua: Menelusuri Identitas di Timur Aceh-Foto: net -
BACA JUGA:Sejarah Rumah Adat Maluku Utara: Sasadu, Simbol Persatuan dan Kearifan Lokal Masyarakat Sahu!
BACA JUGA:Sejarah Rumah Adat Kalimantan Selatan: Mengenal Arsitektur dan Nilai Budaya Rumah Baanjung!
Kerajaan tersebut diyakini pernah eksis sejak abad ke-13 atau bahkan sebelumnya. Sejumlah catatan sejarah juga menunjukkan bahwa Kerajaan ini menjalin hubungan dengan Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Malaka, menandakan peran penting Tamiang dalam jalur perdagangan dan politik kawasan maritim Nusantara pada masa lalu.
Ciri Budaya dan Bahasa yang Khas
Bahasa Tamiang memperlihatkan pengaruh dari berbagai bahasa lain, seperti Aceh, Minangkabau, dan Arab, terutama setelah masuknya Islam ke kawasan ini.
Masyarakat Tamiang memiliki berbagai tradisi adat yang masih dijalankan hingga kini, terutama dalam upacara penting seperti pernikahan, kelahiran, dan kematian.
Salah satu tradisi yang masih dilestarikan adalah prosesi “antar belanjo” dalam pernikahan adat, di mana kedua belah pihak bertukar barang simbolik sebagai tanda persatuan.
Musik tradisional seperti rebana dan lagu-lagu Melayu juga menjadi unsur penting dalam berbagai perayaan adat mereka.
BACA JUGA:Jejak Budaya Maluku di Museum Siwalima: Dari Koleksi Sejarah hingga Kearifan Lokal
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Suku Bajo: Pengembara Laut dari Masa ke Masa!
Peran dalam Sejarah Aceh dan Perjuangan Melawan Kolonialisme
Kisah Suku Tamiang tidak dapat dipisahkan dari sejarah politik dan sosial Aceh secara keseluruhan. Ketika Kesultanan Aceh mencapai masa kejayaannya pada abad ke-16 hingga 17, wilayah Tamiang turut menjadi bagian dari kekuasaan kerajaan tersebut.
Namun, meskipun berada dalam lingkup kekuasaan kerajaan besar, masyarakat Tamiang tetap mempertahankan bahasa dan jati diri mereka sendiri.
Pada masa kolonial Belanda, kawasan ini menjadi salah satu titik penting yang diperebutkan karena posisinya yang strategis sebagai pintu masuk ke wilayah Aceh.
Dalam situasi tersebut, masyarakat Tamiang ikut serta dalam perlawanan terhadap penjajah, menunjukkan kontribusi mereka dalam mempertahankan tanah air.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
