Pemkot PGA

Sejarah Tugu Romusha Bayah: Jejak Kelam Pekerja Paksa di Ujung Selatan Banten!

Sejarah Tugu Romusha Bayah: Jejak Kelam Pekerja Paksa di Ujung Selatan Banten!

Sejarah Tugu Romusha Bayah: Jejak Kelam Pekerja Paksa di Ujung Selatan Banten!-net:foto-

Banyak dari mereka yang meninggal dunia tidak sempat dimakamkan secara layak.

Bahkan, sebagian besar hanya dikuburkan secara massal atau dibuang di sepanjang hutan dan lereng bukit. Bayah pun menjadi semacam "kuburan terbuka" bagi para romusha.

BACA JUGA: Suku Berco Sumbawa, Suku Kecil dengan Tradisi yang Kuat di Sumbawa. Ini Fakta Lainnya!

Pendirian Tugu Romusha

Setelah kemerdekaan Indonesia, kisah tragis para romusha di Bayah nyaris terlupakan.

Baru pada tahun 1970-an, pemerintah daerah bersama masyarakat setempat mulai membangun sebuah tugu sederhana untuk mengenang para korban.

Tugu Romusha Bayah dibangun di dekat bekas jalur kereta api dan tambang batu bara, sebagai penanda sejarah sekaligus bentuk penghormatan kepada para pekerja paksa yang tak pernah kembali ke kampung halaman mereka.

Tugu ini tidak mewah. Terbuat dari semen dan berbentuk segitiga dengan papan nama yang menyebutkan fungsi dan sejarahnya.

BACA JUGA:Sejarah Museum Mulawarman: Menyimpan Jejak Peradaban dan Budaya Kalimantan Timur!

Namun di balik kesederhanaannya, tugu ini memiliki bobot moral yang besar: ia menjadi saksi bisu atas tragedi kemanusiaan yang terjadi di tengah keheningan hutan Bayah.

Makna dan Refleksi

Tugu Romusha Bayah bukan sekadar benda mati, tapi juga menjadi simbol penting dalam pendidikan sejarah lokal. 

Ada begitu banyak pengorbanan, termasuk dari mereka yang tidak tercatat namanya dalam buku sejarah.

Monumen ini juga mengajak generasi muda untuk tidak melupakan sisi kelam dari sejarah bangsa.

Sistem kerja paksa bukan hanya soal perbudakan modern, tetapi juga tentang bagaimana kekuasaan yang tidak berperikemanusiaan bisa menghancurkan nilai-nilai kehidupan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait