Mengungkap Misteri Cepuri: Apakah Dulu Menjadi Tempat Pertemuan Raja dan Nyi Roro Kidul?

PAGARALAMPOS.COM – Terletak dekat Pantai Parangkusumo, Cepuri Parangkusumo menyimpan kisah yang menarik perhatian. Tempat ini diyakini sebagai lokasi pertemuan antara Panembahan Senopati dan Nyi Roro Kidul.

Menurut informasi yang dipublikasikan oleh laman Visiting Jogja dari Dinas Pariwisata DIY, setiap tahunnya, ratusan orang berkunjung ke Cepuri Parangkusumo untuk melaksanakan Upacara Labuhan.

Upacara ini bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Nyi Roro Kidul atas segala bantuan yang telah diberikan untuk Bumi Mataram.

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Pantai Kukup di Gunungkidul: Dari Tempat Tersembunyi hingga Destinasi Wisata Populer!

Dikenal sebagai gerbang menuju Kerajaan Laut Selatan, Cepuri Parangkusumo menjadi tempat yang sarat dengan aura mistis dan berbagai legenda.

Di tengah kesibukan kota Yogyakarta, Cepuri berdiri sebagai saksi bisu pertemuan antara Raja Keraton Yogyakarta dan Nyi Roro Kidul, sang Ratu Laut Selatan.

Awalnya berupa pulau kecil, kini Cepuri telah berubah menjadi situs bersejarah yang terletak di kompleks Pantai Parangkusumo.

BACA JUGA:Guru Gembul Mengupas Kisah Perjanjian Antara Soeharto dan Nyi Roro Kidul untuk Lengserkan Soekarno, Simak!

Konon, tempat ini merupakan lokasi rahasia untuk pertemuan antara sang raja dan Nyi Roro Kidul, sosok yang dihormati sekaligus ditakuti oleh banyak orang.

Setiap malam Selasa Kliwon dan satu Suro, ribuan pengunjung berkumpul di Cepuri untuk melakukan tirakat atau semedi, berharap mendapatkan berkah dari kekuatan spiritual yang dipercaya menghuni tempat ini.

Cerita rakyat menyebut bahwa setiap raja Mataram memiliki ikatan dengan Nyi Roro Kidul, di mana salah satu larangan yang diberikan adalah untuk tidak menggunakan pakaian berwarna hijau di sepanjang pantai.

BACA JUGA:Ungkap Misteri Cepuri Parangkusumo! Tempat Petilasan Pertemuan Raja dan Nyi Roro Kidul di Pantai Parangkusumo

Larangan ini memiliki makna yang dalam, sebagai usaha untuk memutuskan keterkaitan masyarakat Jawa dengan pakaian hijau yang pada masa itu identik dengan kekuasaan Belanda.

Di balik larangan itu juga tersimpan kekuatan simbolis yang menghubungkan manusia dengan alam dan budaya lokal mereka. Meski begitu, kepercayaan akan keberadaan Nyi Roro Kidul tetap kokoh di hati banyak orang.

Sumber: