Fakta Mengejutkan Aceh Jadi Satu-satunya Wilayah yang Sulit Dijajah Belanda
--
BACA JUGA:Bikin Kagum! Sejarah Bukit Cinta Tempat Damai Dengan Cerita Rakyat Penuh Makna
Tapi bukan hanya soal pertempuran.
Aceh mengajarkan Belanda bahwa kekuatan militer tidak selalu cukup untuk menundukkan jiwa sebuah bangsa.
Di balik senjata, Aceh punya jaringan ulama, pesantren, dan sistem sosial yang kokoh. Mereka mungkin kalah dalam jumlah dan senjata, tapi menang dalam semangat.
Belanda pernah mencoba pendekatan baru politik etis, pembangunan infrastruktur, bahkan penyebaran agama Kristen secara halus.
BACA JUGA:Menyikapi Sejarah Benteng Herstelling: Saksi Bisu Perjuangan Palembang!
Tapi semua itu tidak membuahkan hasil yang signifikan di Aceh.
Rakyat Aceh tetap memelihara memori kolektif sebagai bangsa merdeka Mereka menolak identitas sebagai "inlander" Di mata mereka, Belanda tetap penjajah.
Gerilya menjadi taktik andalan, Pasukan kecil menyusup ke hutan, bergerak cepat, dan menyerang secara sporadis.
Belanda kebingungan, Mereka menguasai kota, tapi tidak pernah bisa mengendalikan desa. Mereka punya peta, tapi Aceh lebih tahu seluk-beluk tanahnya. Bahkan hingga awal abad ke-20, setelah secara administratif Aceh dinyatakan “aman”, perlawanan bersenjata tetap muncul Diam-diam Tapi menyakitkan.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Benteng Golconda di Hyderabad: Jejak Kejayaan dan Kejatuhan!
Banyak tokoh lahir dari rahim Aceh. Cut Nyak Dhien, Teuku Umar, hingga Tgk. Chik di Tiro. Mereka bukan hanya pejuang, tapi simbol. Bukan hanya berperang dengan senjata, tapi dengan ide.
Dalam setiap khutbah Jumat, di setiap pengajian malam, semangat melawan penjajahan terus ditanamkan.
Ini membuat Aceh jadi medan yang tak pernah sepenuhnya “menyerah”.
Lalu datanglah kemerdekaan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
