Haram Keturunan Adipati Cepu ke Gunung Lawu. Ternyata Ini Sosok yang Mengutukannya!
Haram Keturunan Adipati Cepu ke Gunung Lawu. Ternyata Ini Sosok yang Mengutukannya!--Net
BACA JUGA:Adipati Cepu yang Berbuat, Anak Keturunanya yang Menanggung Akibat, Tuah Sumpah Prabu Brawijaya?
Usaha balas dendam Raden Wijaya semakin diperkuat dengan kedatangan pasukan Khubilai Khan pada tahun 1293.
Setelah berhasil mengalahkan Jaya Katwang, Raden Wijaya kemudian berhadapan dengan pasukan Mongol dan berhasil mengalahkan mereka.
Pada tanggal 15 Kartika tahun 1215, ia diangkat sebagai raja dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.
Kekuasaan Majapahit dikenal luas hingga ke berbagai kerajaan di Asia, namun mereka tidak mampu menaklukkan Pajajaran yang juga memiliki kekuatan tersendiri.
BACA JUGA:Adipati Cepu yang Berbuat, Anak Keturunanya yang Menanggung Akibat, Tuah Sumpah Prabu Brawijaya?
Pusat pemerintahan Pajajaran, sebelum jatuh ke tangan pasukan Islam dari Demak dan Banten, terletak di Dayo, yang diperkirakan mencakup daerah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor saat ini.
Raja Pajajaran memiliki istana megah yang dibangun dengan 330 pilar kayu setinggi lima depa, dihiasi dengan ukiran yang indah.
Penemuan lokasi pasti Kota Dayo terungkap pada tahun 1856 oleh John Crawfurd, seorang administrator kolonial yang berhasil memecahkan misteri ini.
Lokasi Keraton Pakuan berada di atas lahan yang dikenal sebagai lemah duwur, tepatnya di atas sebuah bukit yang dikelilingi oleh tiga sungai dengan lereng yang curam: Cisadane, Ciliwung (Cihaliwung), dan Cipaku, yang merupakan anak sungai dari Cisadane.
BACA JUGA:Prabu Brawijaya Kutuk Keturunan Adipati Cepu? Apakah Ini Alasannya
Di tengahnya mengalir Sungai Cipakancilan, yang di bagian hulunya bernama Ciawi.
Keberadaan Pakuan yang terlindungi oleh lereng curam di ketiga sisinya memberikan keamanan, meskipun di sisi tenggara, kota ini bersebelahan dengan tanah datar dan terdapat benteng (kuta) terbesar.
Di luar benteng tersebut, terdapat parit yang merupakan gambaran negatif dari benteng itu sendiri, dan tanah yang diambil dari galian parit ini diperkirakan digunakan sebagai bahan pembangunan benteng.
Ibu Kota Pajajaran telah mengalami beberapa kali perpindahan, dari Galuh ke Pakuan, Saunggalah, kembali ke Pakuan, kemudian Kawali, dan Pakuan lagi.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
