Pemkot PGA

Filosofi dalam Kain: Kearifan Lokal Suku Seram Lewat Pakaian Tradisional

Filosofi dalam Kain: Kearifan Lokal Suku Seram Lewat Pakaian Tradisional

Filosofi dalam Kain: Kearifan Lokal Suku Seram Lewat Pakaian Tradisional-Foto: net -

BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Gedung Harmoni: Jejak Kemewahan Masa Kolonial yang Hilang!

Pakaian Adat Wanita

Busana perempuan Suku Seram lebih kompleks dan kaya akan detail. Mereka mengenakan selendang panjang yang dililitkan di bagian bawah tubuh, ditambah dengan aksen hiasan di pinggang dan dada.

Atasan yang digunakan berupa kebaya atau baju berlengan panjang dengan desain khas daerah. Kainnya lembut dan biasanya disulam dengan motif bermakna simbolis.

Ornamen tambahan seperti bros dan renda turut mempercantik penampilan dan mempertegas nilai tradisional yang dipegang masyarakat.

Aksesori Tradisional dan Makna Simbolik

Dalam budaya Seram, aksesori bukan sekadar hiasan, melainkan simbol dari status sosial, kedewasaan, dan nilai-nilai adat.

BACA JUGA:Sejarah Rumah Residen Bone: Warisan Kolonial di Tanah Bugis!

BACA JUGA:Sejarah Penjara Kalisosok: Saksi Bisu Perjuangan dan Penindasan di Surabaya!

Kalung dan Gelang

Wanita Suku Seram biasanya memakai kalung dan gelang yang dibuat dari bahan alami seperti kerang, kayu, batu, atau manik-manik warna-warni.

Selain menambah keindahan, perhiasan ini memiliki makna sosial yang mencerminkan posisi seseorang di komunitas.

Tanjak dan Tutup Kepala

Bagi pria, tanjak atau ikat kepala menjadi bagian penting dari busana adat. Terbuat dari bahan-bahan alami dan dihiasi ornamen seperti pita, tanjak ini dikenakan saat upacara adat sebagai lambang kehormatan dan kedudukan.

BACA JUGA:Sejarah Rumah Tjong A Fie: Warisan Budaya dan Simbol Harmoni di Kota Medan!

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait