Ini Sebab Kerajaan Sriwijaya Berjaya Selama 5 Abad, Kuasai Jalur Sutra

Ini Sebab Kerajaan Sriwijaya Berjaya Selama 5 Abad, Kuasai Jalur Sutra

Foto : ilustrasi, ka0al dagang di jalur Sutra.--National Geographic

PAGARALAMPOS.COM - Kerajaan Sriwijaya dalam sejarah Indonesia begitu makmur karena mengausai rute laut perdagangan Asia Tenggara: Selat Malaka dan Selat Sunda. Kerajaan Chola menyerang dan menghapus kuasanya

Tiongkok disebut memiliki Jalur Sutra yang mendorong sektor perdagangannya di masa lalu. Dari Jalur itu, Menurut Agus Widiatmoko, arkeolog yang mendalami Kerajaan Sriwijaya, saudagar Tiongkok membawa Sutra untuk dijual dan mereka membeli rempah-rempah.

Dari perdagangan rempah-rempah, membawa dampak bagi keanekaragaman kepercayaan di Kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan yang berlokasi di Pulau Sumatra ini, terkenal sebagai pusat pengajaran agama Budha. Tapi, tidak menutup kemungkinan terhadap masuknya agama Hindu, Islam dan Katolik dari Eropa.

BACA JUGA:Cikal Bakal Palembang di Bukit Siguntang, Ada Sejarah Agama Sriwijaya

Secara sistem keagamaan, Kerajaan Sriwijaya disebut memiliki tingkat toleransi yang tinggi dengan adanya perbedaan.

Justru, korupsi yang meruntuhkan kerajaan yang berdiri selama 600 tahun ini.

Sistem pajak pun telah berjalan pada masa itu. “Penguasa Sriwijaya meminta 20.000 dinar sebelum memberikan izin kepada kapal dagang Arab atau Persia.

Untuk melanjutkan pelayaran ke Tiongkok”, tulis Buzurg Bin Shahriyar Al-Ramhurmuzi dalam Jurnal Pelayarannya: Aja’ib Al-Hind. Buzurg adalah seorang muslim yang membukukan kisah pelayaran dari para saudagar muslim.

BACA JUGA:Dari Kerajaan Sriwijaya hingga Pulo Kemaro, Inilah Sejarah Menarik di Sumatera Selatan!

Sistem politik dari Kerajaan Sriwijaya yaitu mendatangkan dan membagi-bagikan kembali rezeki.

Oleh karenanya, memungkinkan Sriwijaya untuk bertahan selama lebih dari lima abad menurut pernyataan Herman Kulke, seorang ahli sejarah untuk Asia Tenggara dan Selatan yang berasal dari Jerman.

Bambang Budi Utomo, seorang arkeolog, mengamati adanya korupsi menyebabkan sistem membagi-bagikan rezeki itu rusak. O. W. Wolters dalam bukunya The Fall of Sriwijaya

Dia menyebutkan soal korupsi itu sebagai tanda-tanda pembusukan di dalam kedatuan. Kedatuan adalah sebutan sistem monarki pemimpin dengan sebutan datu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: