Tenggelamnya Situs Pulau Ampat, Jejak Peradaban Besi di Dasar Danau Matano

Tenggelamnya Situs Pulau Ampat, Jejak Peradaban Besi di Dasar Danau Matano

Foto : Artefak logam di dasar danau Matano-Tenggelamnya Situs Pulau Ampat, Jejak Peradaban Besi di Dasar Danau Matano-National graphic

Mereka juga mengkaji peninggalan yang ada terhadap budaya di sekelilingnya, agar memahami masyarakat yang hidup pada masanya.

BACA JUGA:Mengintip Keunikan 5 Suku Di Sulawesi Utara, Salah Satunya Ada Yang Berjumlah 800 Ribu Jiwa?

Situs Pulau Ampat ternyata memiliki banyak peninggalan manusia yang berada pada kedalaman tiga hingga 15 meter dari permukaan.

"Kami menduga situs tersebut berasal dari Zaman Logam Awal, berdasarkan penemuan serpihan batu, pecahan gerabah yang dihiasai berbagai pola geometris, tulang binatang, dan beberapa perkakas logam," terang mereka.

Ketika menyelam kembali tahun 2018, mereka menemukan lebih banyak peninggalan lagi seperti akumulasi terak besi dan arang yang tercecer di dasarnya, dan tuy'eres--sebuah tungku untuk peleburan.

Luasnya temuan ini menggambarkan bahwa di sini terdapat pemukiman atau desa yang sudah tenggelam, terang Shinatria dan tim.

BACA JUGA:Kuasa Sejagat, Siapa Batara Guru di Mitologi Batak, Jawa, dan Bugis

"Sangat menarik untuk mengeksplorasi apa yang terjadi di situs ini. Mengapa ada begitu banyak pencahan tembikar yang tersebar di dasar danau, bersarang ddi antara bebatuan?

Bagaimana dengan peninggalan lainnya seperti serpihan batu dan sisa-sisa terak besi dari pengolahan besi?" lanjut mereka.

"Melihat konteks penemuan temuan-temuan ini, tampaknya saling terkait. Distribusi gerabah dan sisa-sisa besi olahan bercampur dan berkorelasi erat.

Juga beberapa sisa tembikar menunjukkan jejak besi, arang dan abu, menunjukkan pembakaran pada suhu tinggi, termasuk bejana semi-lengkap dengan tanda-tandda pembakaran di dasarnya."

BACA JUGA:Menyusuri Objek Wisata Taman Arkeologi Leang-Leang yang Penuh Sejarah di Sulawesi Selatan

Selain material produksi, ditemukan pula temuan gigi hewan seperti Bovidae, dan tulang yang diperkirakan Anoa (Bubalus depresi). Diperkirakan tulang-tulang ini adalah sisa konsumsi masyarakat yang tinggal di lokasi Pulau Ampat.

"Berdasarkan identifikasi dalam penelitian ini, kami menyimpulkan bahwa lokasi pemukiman ini terkait dengan industri produksi besi berukuran besar," jelas mereka.

"Kami menduga industri produksi besi besar ini berkembang sekitar abad ke-5 hingga ke-10 Masehi. Oleh karena itu, kami mengumpulkan sampel untuk menentukan usia situs yang tepat."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: