Menelusuri Jejak Sejarah Kuburan Islam dalam Penelitian Arkeologi

Menelusuri Jejak Sejarah Kuburan Islam dalam Penelitian Arkeologi

Menelusuri Jejak Sejarah Kuburan Islam dalam Penelitian Arkeologi-Foto: net-

PAGARALAMPOS.COM - Timur Tengah, dengan segala kekayaan sejarahnya, telah menjadi magnet bagi para arkeolog dari seluruh dunia. 

Tetapi, di tengah gemerlapnya penemuan artefak dan reruntuhan, ada hambatan yang seringkali menghentikan langkah penelitian mereka. 

Hambatan ini berkaitan dengan sensitivitas budaya, terutama dalam menghadapi kerangka manusia yang telah berpuluh-puluh abad terkubur, yang dalam konteks agama Islam, dilarang untuk disentuh.

Salman Almahari, seorang pemimpin dalam bidang pelestarian warisan di Kementerian Kebudayaan dan Purbakala Bahrain, menegaskan pentingnya menghormati keyakinan agama Islam dalam setiap tahapan penggalian arkeologi. 

BACA JUGA:Peta-Peta Penting Sepanjang Sejarah Kartografi, Dari Yang Kuno Hingga Pencetus Globe

BACA JUGA:Jadi Bukti Peradaban Manusia di Zaman Batu! Arkeolog Berhasil Temukan Benteng Prasejarah di Serbia

"Kami menghentikan penelitian jika menemukan kuburan Islam," ujarnya, sambil menekankan bahwa para peneliti bebas untuk mengeksplorasi kuburan pra-Islam.

Perbedaan pendekatan ini telah menciptakan jurang dalam pemahaman arkeologi antara dunia Arab dan Barat, terutama sejak berkembangnya Islam. 

Timothy Insoll, seorang profesor Arkeologi Afrika dan Islam di University of Manchester, mengakui bahwa kebijakan ini telah menjadi norma di sebagian besar dunia Islam, dan memperingatkan akan pentingnya menghormati budaya setempat.

BACA JUGA:Mengungkap Jejak Sejarah Cirebon yang Berhubungan dengan Prabu Siliwangi

BACA JUGA:Sejarah Hajar Aswad, Diriwayatkan Batu Langit Yang Dibawa Malaikat Jibril

Meskipun demikian, kebijakan ini juga memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan, yakni membatasi pemahaman kita tentang sejarah terkini di wilayah tersebut. 

"Arkeologi di dunia Islam cenderung mengarah ke seni," kata Insoll, menyadari bahwa kurangnya data tentang catatan penyakit, usia kematian, dan pola migrasi manusia menjadi tantangan tersendiri.

Untuk mengatasi hambatan ini, Almahari mencoba untuk menggunakan teknologi modern seperti analisis DNA dari tulang-tulang di Bahrain. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: