Suku Lintang: Peran dan Pengaruhnya dalam Sejarah Sumatera Selatan

Suku Lintang: Peran dan Pengaruhnya dalam Sejarah Sumatera Selatan

Suku Lintang, Miliki Pengaruh dan Peran dalam Sejarah Sumatera Selatan-Foto: net-

Kisah naga pertama kali muncul dalam mitologi Mesopotamia kuno. Makhluk mitologi bernama Mušḫuššu, atau ular ganas, muncul dalam teks tertulis. 

Mušḫuššu muncul dalam mitologi Sumeria dan Babilonia dan digambarkan sebagai makhluk mirip ular, bersisik, dan memiliki lidah dan kepala ular, serta cakar elang.

BACA JUGA:Hewan Mirip Naga Tapi Tidak Punya Telinga Ternyata Hanya Ada di Kalimantan? Simak Penjelasannya!

Yang paling menonjol, dewa Marduk sering digambarkan sebagai salah satu sosok mirip naga, yang mungkin juga mewakili dewa Tiamat yang dikalahkan. 

Makhluk drakonik ini dapat dilihat pada ukiran Gerbang Ishtar di Babilonia, yang berasal dari abad ke-6 SM. 

Tidak diketahui secara pasti dari mana mitos naga ini berasal, namun mitos tersebut menyebar ke seluruh wilayah.

Sementara itu, dalam Zoroastrianisme, salah satu agama tertua di Bumi, Zahhāk dianggap sebagai putra Ahriman, personifikasi roh jahat.

BACA JUGA:Unik dan Aneh! Mengungkap Misteri Hewan Mirip Naga yang Langka Tanpa Telinga di Kalimantan

Jadi jelas sekali, meskipun naga banyak ditampilkan dalam mitologi Persia kuno, mereka dianggap makhluk yang sangat jahat dan dipandang sebagai pertanda buruk.

2. Dewa Naga Mesir Kuno 

Kisah-kisah dalam sejarah Mesir kuno juga menampilkan naga mitologi seperti dewa ular raksasa Apep, atau Apophis, yang dipandang sebagai dewa kekacauan.

Apep adalah musuh bebuyutan Ra, dewa Matahari, dan akarnya dapat ditelusuri kembali ke awal tahun 4000 SM.

3. Naga Tiongkok dihormati dalam budayanya.

Naga telah lama melambangkan kekuatan dan keberuntungan, serta menandakan pengaruh terhadap cuaca, tidak seperti di budaya lain.

Naga secara luas dipandang sebagai simbol spiritual dan harmonis dalam mitologi Tiongkok. 

BACA JUGA:Mengenal 11 Bangunan Tua Paling Bersejarah di Indonesia!

Misalnya, Kaisar Tiongkok sering menggunakan naga untuk menunjukkan kesaktiannya.

Gambaran paling awal tentang naga dalam budaya Tiongkok muncul pada era Xinglongwa (6200-5400 SM).

Sedangkan gambar tradisional naga kemudian berubah bentuk dan diperkuat pada masa Dinasti Shang (1766-1122 SM) dan Zhou (1046 SM– 256 SM).

Konsep naga Tiongkok terkenal dihadirkan melalui “Raja Naga Empat Lautan”. Setiap Raja Naga terhubung dengan warna dan perairan tertentu.

BACA JUGA:Catatan Sejarah, Begini Silsilah Raja Pajajaran, Kerajaan Tangguh Tak Mampu Dihancurkan Majapahit

Misalnya, Naga Biru melambangkan timur dan musim semi, Naga Merah melambangkan selatan dan musim panas.

Naga Hitam melambangkan utara dan musim dingin, dan Naga Putih melambangkan barat dan musim gugur. 

Terakhir, Naga Kuning dianggap sebagai hewan perwujudan Kaisar Kuning.

4. Naga di Jepang dan Korea

Naga adalah tokoh legendaris dalam cerita rakyat dan mitologi Jepang. 

BACA JUGA:Mengenal Masjid Tua Tondon, Jejak Sejarah Islam di Kabupaten Enrekang

Asal usul mereka merupakan campuran dari legenda dan mitos asli yang diimpor dari budaya Asia lainnya, khususnya Tiongkok.

Sejumlah cerita naga asli di Jepang, seperti Kojiki dan Nihongi, muncul pada akhir abad ke-7 Masehi.

Naga Tiongkok sangat mempengaruhi kemunculan naga Jepang. 

Mereka adalah makhluk ular besar dengan kaki cakar. Makhluk-makhluk ini biasanya diasosiasikan dengan perairan, curah hujan, dan dewa air.

BACA JUGA:Catatan Sejarah, Begini Silsilah Raja Pajajaran, Kerajaan Tangguh Tak Mampu Dihancurkan Majapahit

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: