Pertahankan Keturunan Darah Daging Sendiri Dalam Suku Polahi Boleh 'Digasak', Netijen Kok Gitu Sih?
Pertahankan Keturunan Darah Daging Sendiri Dalam Suku Polahi Boleh 'Digasak', Netijen Kok Gitu Sih?--Net
BACA JUGA:Kisah Heroik Prajurit Tiongkok Mempertahankan Sebuah Markas Gudang pada Awal PD II
Para anggota suku Polahi memiliki keterbatasan pengetahuan genetika, sehingga mereka melakukan perkawinan sedarah di antara mereka.
Tanpa menyadari risiko genetik yang dapat mempengaruhi kesehatan keturunan mereka.
Dalam ilmu kesehatan dan penelitian, perkawinan sedarah dapat meningkatkan risiko kelainan genetik atau cacat pada keturunan.
Anak-anak yang lahir dari perkawinan sedarah cenderung memiliki keragaman genetik yang sangat minim, yang dapat meningkatkan kemungkinan penyakit genetik langka atau cacat.
BACA JUGA:Pangdam Jaya Terima Kunjungan Atase Angkatan Darat Republik Singapura
Namun, dalam kasus suku Polahi, terdapat keunikan yang mengejutkan. Meskipun mereka melakukan perkawinan sedarah, tidak ada kasus keturunan yang mengalami cacat.
Semua anggota suku Polahi terlihat normal secara genetik.
Hal ini menjadi fenomena yang menarik karena berbeda dengan apa yang terjadi pada perkawinan sedarah di negara-negara lain di mana kelainan genetik jauh lebih tinggi.
BACA JUGA:Ruang Udara Guam Paling ‘Terlindungi’ Di Muka Bumi dari Ancaman, Kok Bisa Ya!
Fenomena ini menunjukkan adanya faktor-faktor yang belum sepenuhnya dipahami mengenai keunikan genetik suku Polahi.
Karena itu, cerita singkat tentang suku Polahi ini tidak hanya menambah pengetahuan kita tentang keragaman suku bangsa di Indonesia.
Tetapi juga melarang kita pentingnya pemahaman genetik dan pengetahuan dalam mempertimbangkan praktik pernikahan dalam masyarakat.
Keunikan budaya suku Polahi menjadi saksi dari keberagaman yang memikat di negeri ini.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: