Empatpuluh Tujuh Ronin, Teladan Kesetiaan Samurai Terhadap Majikannya di Abad 18 Jepang (03)
Teladan Kesetiaan Samurai Terhadap Majikannya di Abad 18 Jepang--google.com
BACA JUGA:Berikut 5 Tradisi Aneh Suku di Indonesia, Dianggap Tabu Tapi Itu Budaya Adat, Apa Aja Itu!
Pemerintah shogun Tokugawa Tsuneyoshi selalu menekankan pentingnya arti kesetiaan di kalangan para perwira.
Sehingga nyawa para ronin perlu diampuni, karena pembunuhan yang dilakukan adalah bentuk kesetiaan samurai terhadap majikan.
Dari segi hukum, perbuatan para ronin tetap merupakan kejahatan yang pantas menerima hukuman mati.
BACA JUGA:Wisata Budaya di Gunung Padang, Menelusuri Jejak Peradaban Kuno di Cianjur, Mau Ikut!
Mayoritas pendapat meminta pengampunan nyawa para ronin yang dianggap hanya menjalankan kewajiban sebagai pengikut setia sang majikan.
Shogun Tsuneyoshi merasa kuatir akan pecahnya pemberontakan akibat pemberian perlakuan khusus terhadap para ronin dengan mengabaikan hukum yang ada.
Para ronin akhirnya diperintahkan untuk mati secara terhormat dengan melakukan seppuku.
BACA JUGA:Keren! Ini 5 Tempat Wisata Budaya di Palembang
Pada tanggal 4 Februari 1703, 46 ronin dari Akō melakukan seppuku di halaman rumah kediaman para daimyo tempat mereka dititipkan.
Kekecewaan meluas di kalangan rakyat akibat cara pemerintah menyelesaikan kasus ini.
Di kalangan rakyat lalu beredar cerita Kanadehon Chūshingura (仮名手本忠臣蔵) dalam bentuk kesenian Ningyō Jōruri (Bunraku).
BACA JUGA: Menjadi Bagian Warisan Budaya, Begini Keunikan dan Pesona Suku Melayu di Sumatera
Cerita Kanadehon Chūshingura yang sekarang lebih dikenal sebagai Chūshingura (忠臣蔵, kumpulan cerita pengikut yang setia) sangat mengagungkan kesetiaan para ronin terhadap sang majikan.
Penulis cerita menyamarkan nama-nama tokoh yang terlibat peristiwa Akō rōshi untuk menghindari sensor pemerintah Bakufu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: