Laki-Laki di Suku Mosuo, Dalam Bayang-Bayang Perempuan yang Mengendalikan Segalanya

Laki-Laki di Suku Mosuo, Dalam Bayang-Bayang Perempuan yang Mengendalikan Segalanya

BACA JUGA:Bukan Mitos atau Mitologi Semata, Aji Saka adalah Raja di Kerajaan Ini, Simak Ulasannya

Mereka memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan dan kontrol terhadap harta benda serta warisan. 

Sebagai hasilnya, pria dalam suku ini tidak dianggap memiliki hak atas anak-anak mereka maupun properti.

Meskipun peran laki-laki dalam kehidupan sehari-hari terbatas, mereka tetap memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan seperti menumbuk padi, memancing, dan melakukan tugas-tugas kasar lainnya.

Tradisi "Walking Marriage" di suku Mosuo adalah salah satu aspek yang paling menonjol. Konsep ini mengizinkan perempuan untuk memilih pasangan seksual dan mengganti pasangan secara bebas tanpa adanya ikatan pernikahan formal. 

BACA JUGA:Harta Karun Atlantis? Peneliti Berhasil Temukan Benda Ini Di Gunung Padang

Setelah mencapai usia dewasa, seorang wanita Mosuo memiliki kebebasan untuk "mengundang" pria mana pun yang ia pilih untuk bersetubuh. 

Wanita tersebut dapat menjalin hubungan dengan pria tersebut selama waktu yang diinginkan, dan pasangan-pasangan ini seringkali tidak hidup bersama secara permanen. 

Hal ini menghasilkan dinamika sosial yang unik dalam komunitas Mosuo, dengan fokus yang lebih besar pada hubungan perempuan dan keluarga ibu.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun tradisi Mosuo menyoroti kebebasan seksual dan otonomi perempuan, kehidupan sosial dan budaya mereka telah mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. 

BACA JUGA:Ternyata Ini Asal-usul Benua Atlantis, Benua yang Dikabarkan Hilang, Benarkah?

Terutama sejak 1970, pemerintah Tiongkok telah mempengaruhi suku Mosuo untuk mengubah beberapa tradisi mereka, termasuk mendorong pernikahan resmi dan kehidupan keluarga yang lebih konvensional. 

Seiring dengan kemajuan modernisasi dan pengaruh luar, beberapa wanita Mosuo telah memilih untuk menikah dan menjalin ikatan resmi dengan pasangan mereka, sementara yang lain tetap mempertahankan tradisi Walking Marriage. 

Ini menunjukkan adanya pergeseran dalam nilai-nilai dan norma sosial di antara generasi muda Mosuo, dengan pengaruh budaya yang semakin bervariasi di dunia yang semakin terhubung.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: