Bukan Film Bertema Perang Biasa, Namun Drama-Sejarah yang Ingin Menonjolkan Nilai Kemanusiaan (03)
Bukan Film Bertema Perang Biasa, Namun Drama-Sejarah yang Ingin Menonjolkan Nilai Kemanusiaan--google.com
PAGARALAMPOS.COM – Ketika film bertema perang lain menonjolkan drama di antara para prajurit —rasa takut, bimbang, kerinduan kepada keluarga, dan solidaritas— The Flowers of War justru menonjolkan sisi yang jarang dieksplorasi di layar lebar.
Sisi ketakutan yang dihadapi oleh warga sipil, khususnya kaum hawa, yang harus menghadapi ancaman dari para prajurit yang tidak hanya menjajah negaranya, tetapi bernafsu untuk memerkosa mereka.
BACA JUGA:Bukan Film Bertema Perang Biasa, Namun Drama-Sejarah yang Ingin Menonjolkan Nilai Kemanusiaan (01)
Drama Sejarah Penuh Tangis dan Darah: Mengambil setting di tengah pendudukan tentara Jepang di Nanking pada tahun 1937, film The Flowers of War berpusat di sebuah gereja dengan seorang warga Amerika bernama John Miller (Christian Bale).
John yang merupakan pengusaha pemakaman, datang ke Nanking untuk mengubur pastur yang mengepalai gereja tersebut dan bertemu dengan murid-murid gereja di dalamnya.
Tidak lama setelah kedatangannya, sekelompok pelacur flamboyan mendatangi gereja tersebut.
BACA JUGA:Bukan Film Bertema Perang Biasa, Namun Drama-Sejarah yang Ingin Menonjolkan Nilai Kemanusiaan (02)
Mengingat pada saat itu warga dan institusi asing tidak disentuh oleh tentara Jepang, wanita-wanita tersebut mencari perlindungan di balik John, serta memintanya untuk membawa mereka keluar dari Nanking.
Dengan bahaya yang menunggu di luar gedung gereja, John menolak permintaan tersebut dan meluangkan sisa hari dengan minuman keras.
Keputusan tersebut berubah ketika sekelompok tentara Jepang datang dan mencari wanita-wanita untuk diperkosa.
BACA JUGA:Petualangan Detektif Kondang, Hercule Poirot Kembali Menyapa Penggemarnya (01)
Para pelacur berhasil melarikan diri ke tempat perlindungan di bawah gereja, sedangkan murid-murid gereja tersebut berhasil ditangkap.
John yang tanpa sadar telah mengenakan jubah pastur, terbangun oleh kericuhan yang terjadi di luar kamar tidurnya.
Setelah beberapa saat mencari tempat berlindung di dalam lemari pakaian sang pastur, John sadar bahwa ia sedang mengenakan jubah pastur dan terdorong untuk melindungi murid-murid gereja tersebut yang hendak diperkosa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: