Bagini Performa Kopi Indonesia di Pasar Dunia? Sumsel, Ternyata Belum Disebut Penyokong Ekspor

Bagini Performa Kopi Indonesia di Pasar Dunia? Sumsel, Ternyata Belum Disebut Penyokong Ekspor

Ilustrasi kopi petik merah--Foto istimewa

Perdagangan Kopi dunia pada tahun 2016 masih didominasi oleh Brazil yang merupakan eksportir terbesar dengan pangsa pasar 15,79% dunia dengan nilai USD 4,85 Milyar.

Lalu Vietnam dengan nilai USD 3,38 Milyar (11%), Kolombia dengan nilai USD 2,46 Miliar (8,01%). Indonesia sendiri berada di peringkat ke-7 dengan nilai USD 1 Milyar atau memiliki 3,28% pangsa pasar dunia. 

Sedangkan negara dengan permintaan kopi paling tinggi adalah Amerika Serikat dengan nilai USD 5,74 Miliar atau sebesar 19,06% permintaan kopi dunia. 

Lalu Jerman dengan nilai USD 3,37 Miliar (11,18%), Prancis dengan nilai USD 2,35 Milyar (7,82%), Italia dengan nilai USD 1,67 Miliar (5,56%) dan Jepang dengan nilai USD 1,41 Milyar (4,7%).

BACA JUGA:Eropa Lirik Kopi Organik Indoensia

Pada tahun 2017, provinsi dengan nilai ekspor kopi terbesar di Indonesia adalah Provinsi Lampung yang memiliki hampir separuh nilai ekspor kopi Indonesia yaitu sebesar USD 605,7 Juta atau 51,02%. 

Kemudian di posisi berikutnya ada Provinsi Sumatera Utara dengan nilai USD 352,1 Juta (29,66%) dan Provinsi Jawa Timur dengan nilai USD 189,1 Juta (15,93%). 

Walaupun banyak varietas kopi di daerah Indonesia namun nilainya tidak cukup besar untuk diekspor karena nilai ekspor Provinsi lain selain Provinsi diatas masih dibawah 1,46% dari keseluruhan nilai ekspor kopi Indonesia.

Pada 2019, produksi biji kopi Indonesia mencapai 729,1 ribu ton dengan nilai ekspor produk kopi olahan USD 610,89 juta. Hingga saat ini, tercatat 1.204 unit usaha IKM (industri kecil dan menengah) kopi olahan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Arah industri kopi di Indonesia memang belum sempurna. Namun, itu sekaligus berarti bahwa potensi yang bisa dijelajah sangat banyak. 

Selain itu, Sebagian besar ekspor kopi di Indonesia masih produk mentah. Padahal industri kopi Indonesia sudah memasuki third wave atau gelombang ketiga. Gelombang pertama datang saat Indonesia mengenal kopi. 

BACA JUGA:Memburu Rasa Kopi yang Unik di Pagar Alam: Menelusuri Jejak Sejarah Kopi yang Ditanam Belanda

Gelombang kedua datang saat franchise kopi di kafe mulai menjamur. Sementara itu, gelombang ketiga datang saat masyarakat mulai membedakan kualitas kopi dan rela membayar lebih untuk mendapatkan kepuasan.

Dari seluruh kopi yang beredar di dunia, hanya 10 persen yang masuk kategori specialty

Sepanjang pandemic yang menghantam Indonesia, permintaan kopi masih tergolong aman. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: