Sudah Jarang Terdengar, Sastra Lisan Besemah Banyak yang Telah Punah

Sudah Jarang Terdengar, Sastra Lisan Besemah Banyak yang Telah Punah

Penutur Guritan yang tersisa hanyalah orang-orang tua.--pagaralampos

Disebutkan Satar, guritan ini menceritakan tentang sebuah negeri bernama Tanjung Larang dengan lengkap. 

Dimulai dari perangkat, sistem, potensi sampai aktivitas negeri Tanjung Larang. Adapun lawangan dalam guritan ini adalah Raden Suane. “Lawangan di sini artinya tokoh sentral atau pemeran utama,” jelas dia. 

BACA JUGA:Budaya Sriwijaya Tarik Turis Eropa *Kagumi Situs Megalit Museum Negeri Sumsel

Observasi Belasan Tahun: Mady sendiri bukan baru melaksanakan observasi budaya. 

Ia sudah melakukan selama belasan tahun. Ini dimulai sejak 1991 lalu. 

“Saya mulai efektif melakukan observasi sejak 1998 sampai sekarang. 

Cara kerjanya, datang dari satu dusun ke dusun lainnya,” ucap Mady tentang kisah observasinya. 

BACA JUGA: 9 Fakta Unik Uma Lengge, Wisata Budaya Di Kabupaten Bima NTB

Karena itu tak perlu heran, bila Mady ini memiliki ‘segudang’ data tentang budaya besemah, di antaranya terkait sastra lisan. 

Oleh Mady data-data tersebut ditulis. Rencananya dia akan membuat semacam pamflet. Tujuannya agar dibaca banyak orang. 

Mady juga dikenal sebagai seorang sastrawan. Dia sudah melahirkan banyak puisi. 

Puisi-puisi tersebut lantas dikumpulkan menjadi sebuah buku berjudul Catatan Untuk Ais. 

BACA JUGA:Tingkatkan Ketahanan dan Ketribusi Budaya Indonesia

Ais merupakan kawan Mady saat masih berseragam putih abu-abu dulu. 

Mady mengaku terinspirasi membuat puisi tentang Ais lantaran kagum dengan semangatnya sekolah.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: