Sudah Jarang Terdengar, Sastra Lisan Besemah Banyak yang Telah Punah
Penutur Guritan yang tersisa hanyalah orang-orang tua.--pagaralampos
Tapi kan mereka tidak mungkin mengajak langsung belajar. Harus anak-anak muda itu yang datang untuk belajar kepada mereka,” ulasnya.
BACA JUGA:Bingkai Budaya, Mengenal Kekayaan 14 Sastra Besemah Lama Warisan Leluhur
Kendati demikian Mady tetap optimis, sastra lisan Besemah yang hampir atau sudah punah tersebut bisa hidup lagi.
Salahsatu caranya adalah dengan memberikan tempat bagi para anak muda untuk belajar secara berkesinambungan.
Cara belajarnya pun ditegaskan Mady harus turun langsung ke lapangan.
Menemui narasumber-narasumber yang terpercaya, bukan hanya sekedar menerima jadi.
Adapun cara melalui pertunjukan seni budaya diakui Mady, memang bagus.
Tapi kata dia, itu belumlah cukup. Bagi Mady pertunjukan tanpa sumber yang jelas, tidak tepat.
Dan bisa membuat pertunjukan itu kehilangan arah. “Harus sering-sering melakukan pendataan,” imbuhnya.
Mady juga yakin, sastra lisan Besemah yang jumlahnya banyak itu masih berkembang di berbagai daerah lain di luar Pagaralam.
BACA JUGA:Sekilas Sejarah dan Budaya Kota Palembang
Ia menyebutkan, di Besemah pedalaman, sastra lisan masih tetap hidup. “Perlu diketahui. Kalau bicara Besemah bukan hanya Pagaralam saja, tapi masuk juga daerah Lahat, seperti Tanjung Sakti, Pajar Bulan, dan sebagainya,” terangnya.
Fenomena Bombastis: Dosen FKIP dan program pasca sarjana (PPs) Universitas Sriwijaya (Unsri), Dr Suhardi, tak menampik bila sastra lisan di Besemah ini sangat banyak jumlahnya.
Ia juga mengakui, bahwa ada beberapa sastra lisan Besemah yang jarang terdengar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: