Upaya Memerangi Gelombang Baru Islamofobia di Dunia Barat

Upaya Memerangi Gelombang Baru Islamofobia di Dunia Barat

Poster Film Muhammad, The Messenger of God--google.com

Hamzah mengembalikan Muhammad SAW pada Aminah, tapi dia meninggal saat perjalanan. 

Abdul Muthalib mengambil alih sebagai wali dan guru, dan di ranjang kematiannya menunjuk Abu Thalib untuk merawatnya.

BACA JUGA:Tekankan Pentingnya Literasi dan Berbudaya

Meskipun muda, Muhammad SAW bekerja sebagai pedagang keliling dengan Abu Thalib, dan mendapatkan reputasi untuk kejujuran dan perbuatan baiknya. Dia juga menunjukkan simpati pada orang lemah dan dianiaya. 

Kasih sayang Allah dinyatakan dalam bentuk yang paling spektakuler ketika ia dan Abu Thalib tiba di sebuah kota pantai yang miskin dengan kafilah unta mereka, dan Muhammad SAW tidak hanya menyelamatkan seseorang sebagai pengorbanan manusia, tapi juga memanggil gelombang pasang penuh ikan bagi warga desa yang kelaparan.

BACA JUGA:Sekilas Sejarah dan Budaya Kota Palembang

Film itu baru dirilis di Iran, Agustus 2015 lalu. Awalnya diprediksi film itu akan memecahkan rekor box office domestik. 

Namun masalahnya, ada golongan yang meminta film itu dilarang tayang di Iran. 

Mengutip Reuters, Universitas Al-Azhar di Mesir tidak puas dan meminta itu dilarang. 

Diketahui, Al-Azhar merupakan kampus Sunni prestisius di sana.

BACA JUGA:Bernilai Sejarah, Bagian dari Suatu Peradaban Budaya yang Tinggi

"Masalahnya sudah jelas. Syariah melarang mewujdkan Nabi," ujar Profesor Abdel Fattah Alawari, dekan Fakultas Teologi Islam di Al-Azhar. 

Itu berkaitan dengan kehidupan sang aktor yang memerankan Muhammad. 

Di kehidupan nyata, bisa saja ia pemabuk atau pemain perempuan. "Itu tidak bisa diterima," katanya.

Menurut Sami Yusuf, salahsatu musisi Islam terkondang yang ikut menyanyi untuk lagu tema Mohammad, Messenger of God pelarangan tayang film itu terlalu dipolitisasi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: