Upaya Memerangi Gelombang Baru Islamofobia di Dunia Barat
Poster Film Muhammad, The Messenger of God--google.com
BACA JUGA:Seni dan Budaya Penopang Sektor Pariwisata Pagaralam
"Kebanyakan reaksi itu terlalu politis," katanya pada Reuters. Pembuat film itu adalah Syiah.
"Saya pun yakin orang-orang di Al-Azhar dan lainnya yang mengkritik film ini belum menontonnya.
Mereka hanya melawannya karena itu seperti mengekspor budaya Iran," ujar Yusuf.
Ia sendiri mendukung film itu karena belum banyak film tentang Muhammad, apalagi dibandingkan Yesus atau nabi lain di Kristen.
BACA JUGA:Pertahankan Kebudayaan di Tengah Kemajuan Teknologi
Menurutnya, itu memalukan. "Anda tidak bisa terus mempelajari Nabi Muhammad dan jatuh cinta pada hidup serta karakternya.
Jika film ini membuat orang-orang di seluruh dunia tahu nabi kita lebih baik dan melihat betapa baik dia, tugas kita selesai," ujar Yusuf berpendapat.
Sementara itu, belum ada komentar dari Arab Saudi tentang film itu.
Memfilmkan nabi memang seperti tabu dalam Islam. Film tentang Nabi Muhammad saja hanya pernah ada satu, The Message (1976).
BACA JUGA:Diknas Survey Situs Cagar Budaya Pagaralam
Sutradara berwarganegara Suriah, Moustapha al-Akkad yang menggarapnya.
Sedangkan aktor Anthony Quinn berperan menjadi paman Nabi Muhammad, Hamzah.
Pada film itu tidak menampakkan wajah Muhammad di layar, namun banyak kelompok Muslim yang tersinggung.
Akkad sendiri akhirnya meninggal dalam bom bunuh diri di Amman pada 2005, meski tidak diketahui apakah itu berhubungan dengan film.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: